-
Supra GTR Speed Challenge, Tantang Pecinta Kecepatan
18 jam lalu -
Ecto-1 Ghosbusters Siap Tampil Kembali Di Bioskop Rilis Tahun Depan
15 jam lalu -
Jernihnya Mata Air Aqua Sekaligus Tempat Wisata di Subang
20 jam lalu -
2020 Peugeot Hadirkan 2008 Versi Listrik, Tapi?
14 jam lalu -
Sirkuit Sentul Bogor Siap Gelar Balap Gokart Berkelas International
12 jam lalu -
Apa Saja Manfaat dari Mematikan Lampu Saat Tidur?
9 jam lalu -
Sistem Pendidikan SDM Transportasi Bakal Dirombak
8 jam lalu -
Budaya Patriarki Jadi Tantangan Terbesar Kesetaraan Gender di Indonesia
10 jam lalu -
Hotman Paris Bahas Perselingkuhan, Warganet Singgung Eks Dirut Garuda
8 jam lalu -
Suzuki Peduli Angkot 2019
12 jam lalu -
DPR RI Dukung Penguatan Kerja Sama Ekonomi dengan Djibouti
7 jam lalu -
Penjualan Gawai Meningkat Jelang Akhir Tahun
7 jam lalu
10 Destinasi Wisata Ini Manfaatkan Tenaga Surya

Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memanfaatkan tenaga surya untuk sumber energi listrik 10 prioritas pariwisata nasional.
Staf Ahli Bidang Lingkungan Hidup dan Tata Ruang, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Saleh Abdurrahman akan menggunakan EBT sebagai sumber energi utama untuk mendukung pengembangan pariwisata
Di antara banyaknya destinasi wisata di Indonesia, Saleh menjelaskan setidaknya ada 10 prioritas pariwisata nasional yang juga yaitu
1. Danau Toba
2. Belitung
3. Kepulauan Seribu
4. Tanjung Lesung
5. Borobudur
6. Bromo Tengger Semeru
7. Mandalika
8. Labuan Bajo
9. Wakatobi
10. Morotai (Maltara)
"Jadi ini 10 destinasi prioritas akan kita maksimalkan pemanfaatan PLTS, karena daerah wisata itu harus sebanyak banyaknya menggunakan energi terbarukan," kata Saleh di hadapan para relawan Pejuang Surya seperti mengutip esdm.go.id.
Langkah ini merupakan salah satu perwujudan cita-cita besar dalam pengelolaan energi yang ramah lingkungan. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa pada tahun 2025 Pemerintah menargetkan penggunakan EBT mencapai 23% dari total bauran energi seluruhnya, dimana PLTS diproyeksikan dapat menyumbang sebanyak 2.023,3 MW di tahun 2025 yang berasal komulatif RUPTL, Target Penambahan Sinergi BUMN, Pemasangan PLTS Atap, serta penggunaan APBN (Kementerian ESDM dan K/L lainnya).
Untuk mencapai target 23% pada 2025 tersebut Saleh memaparkan setidaknya Indonesia sudah memiliki suplai energi lebih dari 400 MTOE dengan lebih dari 115 GW kapasitas terpasang pada pembangkit listrik yang dapat menghasilkan 2.500 kWh perkapita dalam setahun. Dan pada saat itu rasio elektrifikasi di Indonesia sudah mencapai 100%. "Bagamaina kita mencapai terget tersebut, salah satunya dengan PLTS," jelas Saleh.
Dalam RUPTL, penggunan PLTS ditargetkan terus meningkat tiap tahunnya. Jika pada tahun 2019 PLTS di targetkan menghasilkan 126,8 MW, pada tahun 2022 meningkat menjadi 553,6 MW dan terus meningkat menjadi 993,5 MW di tahun 2025.
Di luar RUPTL, Saleh juga menjelaskan bahwa ada pasar energi yang juga potensial dalam penggunaan PLTS misalnya PLTS Atap, smelter maupun industri lainnya. Dari pasar energi ini diharapkan dapat menambah pasokan energi sebanyak 201 MW di tahun 2025.
Pemanfaatan sumber energi yang ramah lingkungan ini pula sejalan dengan Paris Agreement yang ditandatangani pada 22 April 2016 di Paris oleh Indonesia melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanam (LHK).
"Presiden Joko Widodo dalam COP 21 yang dilaksanakan pada tanggal 21 Desember 2016 juga berkomitmen mereduksi emisi sebedar 29% dengan menggunakan kemampuan sendiri dan 41% dengan dukungan internasional," ungkap Saleh.