-
Daerah Ini Minta Jangan Hapus Guru Honorer, Masalahnya Serius
56 menit lalu -
Jadwal Lengkap Timnas Indonesia U-19 di Piala AFF U-19 2022: Momentum Shin Tae-yong Raih Trofi Perdana
34 menit lalu -
5 Alasan Chelsea Juara Liga Champions 2022-2023 jika Diperkuat Cristiano Ronaldo, Nomor 1 Punya Mental Juara
28 menit lalu -
Temui Gus Yusuf, Kapolri Bahas Sinergi Ulama Dukung Situasi Kamtibmas
47 menit lalu -
Usai Kunjungi Rusia dan Ukraina, Jokowi Akan Bertolak ke Uni Emirat Arab
44 menit lalu -
Lapas Korban dan Pengedar Narkoba Bakal Dipisah, Masyarakat Diminta Melakukan Hal Ini
42 menit lalu -
Perang Ukraina: Rusia akan kirim rudal berkemampuan nuklir Iskander-M untuk Belarusia
25 menit lalu -
Pengakuan Fabio Quartararo, Ketakukan Usai Lakukan Hal Ini saat Kualifikasi MotoGP Belanda 2022
14 menit lalu -
Kedah FC Belum Move On dari Bali United, Ini PR Terbesar Sang Kenari
55 menit lalu -
Jadwal Bioskop Semarang Hari Ini, Minggu 26 Juni: Central City XXI-Java Mall
39 menit lalu -
Ini 16 Parpol yang Telah Daftarkan Sipol ke KPU
36 menit lalu -
Kevin Sanjaya Ogah Pisah dengan Marcus Gideon, Ini Alasannya
28 menit lalu
80 Persen Anak Perempuan Afghanistan Putus Sekolah

KABUL -- Sebuah analisis dilakukan oleh Save the Children dan UNICEF mengungkapkan sekitar 850 ribu gadis sekolah menengah di Afghanistan tidak dapat mengikuti kegiatan belajar-mengajar. Banyak dari mereka yang terluka dan depresi karena pemerintahnya melarang mereka mengakses hak atas pendidikan.
Dilansir dari Al Araby, Kamis (19/5/2022), hampir 80 persen anak perempuan ditolak haknya atas pendidikan di provinsi-provinsi di Afghanistan. Taliban menutup sekolah menengah untuk anak perempuan sejak mereka merebut kekuasaan pada Agustus tahun lalu.
Pemerintah Taliban sempat membuka sekolah untuk pertama kali pada akhir Maret lalu, tapi kemudian segera ditutup tanpa ada penjelasan secara rinci. Keputusan mengejutkan itu terjadi tak lama setelah pertemuan rahasia para pemimpin kelompok itu di kota Kandahar, pusat kekuatan de facto Taliban. Para pejabat terus mengklaim pendidikan anak perempuan harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.
"Anak-anak perempuan benar-benar hancur ketika mereka tiba di kelas, bersemangat untuk tahun ajaran baru, (laku tiba-tiba) disuruh pulang," kata Penjabat Direktur Regional Asia Save the Children Afghanistan, Olivier Franchi.
"Pendidikan adalah urat nadi bagi semua anak, terutama anak perempuan. Tanpa itu, mereka berada pada peningkatan risiko kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi, termasuk pernikahan dini. Tidak ada masalah administrasi, logistik atau lainnya yang mungkin dapat membenarkan kelanjutan kebijakan yang menolak akses anak perempuan ke pendidikan mereka," kata dia.
Meskipun menjanjikan versi yang lebih lembut dari rezim keras mereka sebelumnya, dari 1996 hingga 2001. Tetapi fakta di lapangan, pembatasan Taliban versi rezim keras sebelumnya mulai merangsek masuk.
Wanita secara efektif dikucilkan dari sebagian besar pekerjaan pemerintah, dan diperintahkan berpakaian sesuai dengan interpretasi ketat Alquran versi Taliban. Taliban juga memerintahkan maskapai penerbangan Afghanistan menghentikan wanita dari naik pesawat kecuali mereka dikawal oleh mahram atau kerabat pria dewasa. Taliban juga melarang wanita melakukan perjalanan solo antarkota.
Berita Terkait
- Masjid Kabul Diserang Saat Sholat Jumat
- Taliban Larang Pria dan Wanita Makan Bersama di Restoran
- Kebijakan Taliban Larang Anak Perempuan Sekolah Picu Migrasi Massif ke Iran
- Pemkab Gorontalo Salurkan Minyak Goreng Bersubsidi Bagi UMKM
- Emas SEA Games Indonesia Kembali Bertambah, Kali Ini dari Tim Catur Rapid Putri