-
Jadwal & Lokasi SIM Keliling di Badung dan Tabanan Bali Sabtu 10 Juni 2023, Lengkap!
53 menit lalu -
Indeks Dolar AS Rebound, Investor Menanti Data Inflasi
49 menit lalu -
Jadwal MotoGP Italia 2023 Hari Ini Sabtu 10 Juni 2023: Marc Marquez Sanggup Sabet Pole Position?
41 menit lalu -
10 Orang Mengungsi Akibat Peristiwa Kebakaran di Pidie Aceh
43 menit lalu -
Cuaca Jawa Timur 10 Juni 2023, Cerah Berawan Hingga Mendung
34 menit lalu -
4 Fakta Inflasi Mei 2023
52 menit lalu -
Gunung Anak Krakatau Erupsi Lagi, Lontarkan Abu Vulkanik Setinggi 2.000 Meter
26 menit lalu -
Nasib PPPK Memang Buruk, Dikontrak 1 April Tetapi SPMT Baru Terbit 3 Juni, Tega Benar?
24 menit lalu -
Cerita Kumpul Kebo di Lingkungan Militer KNIL Masa Penjajahan Belanda, Tentara Dianggap Butuh Dilayani Wanita
22 menit lalu -
Tolak Sistem Proporsional Tertutup, Puluhan Tokoh Ajukan Diri Jadi Sahabat Pengadilan ke MK
27 menit lalu -
Harga Minyak Dunia Turun Imbas Kenaikan Rig Pengeboran di Kanada
25 menit lalu -
PSM vs Bali United: Teco Kritik Habis-habisan Rumput Stadion BJ Habibie, Memprihatinkan
24 menit lalu
Antisipasi efek domino ambruknya Silicon Valley Bank

Silicon Valley Bank (SVB) ambruk pada pada Jumat, 10 Maret 2023. Pemasok dana bagi startup dari lembah silikon Amerika Serikat itu mengibarkan bendera putih setelah gagal menghimpun Rp38 triliun saham untuk menopang neraca keuangan.
Hal itu terjadi setelah banyak nasabah menarik simpanan secara bersamaan dalam 48 jam terakhir. Tutupnya bank yang berfokus pada pembiayaan startup dan teknologi ini membuat para investor gelisah karena mengkhawatirkan adanya krisis keuangan yang lebih luas.
Ambrolnya pertahanan SVB tak bisa dilepaskan dari kesalahan manajemen. Ketua eksekutifnya terlalu banyak berinovasi tentang masa depan, sehingga pekerjaan biasa namun penting tidak diperhatikan dengan baik.
Pekerjaan yang dimaksud adalah pengelolaan risiko dan keamanan keuangan. Jatuhnya Silicon Valley Bank bukanlah karena keserakahan.
Kesimpulannya Silicon Valley Bank masuk dalam masalah secara umum berkaitan dengan tiga peristiwa, yaitu kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) dalam menaikkan suku bunga secara agresif, krisis modal yang dialami SVB, dan aksi bank run.
Kasus ini membuat pemerintah federal AS ikut andil turun tangan dengan menjamin simpanan pelanggan. Pada Senin, 13 Maret 2023, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa sistem perbankan AS aman.
Efek domino dari bangkrutnya SVB ternyata dirasakan juga oleh bank regional lainnya di Amerika Serikat yakni Signature Bank dan menyeret Credit Suisse.
Perkembangan terbaru dari jatuhnya bank regional AS itu juga turut meningkatkan volatilitas franc Swiss dibandingkan dengan euro, dolar AS, dan mata uang utama lainnya. Bursa saham di seluruh Eropa pun ikut terpukul.
Paling terdampak tentunya sejumlah start up yang dibiayai SVB seperti Latitud, Roddo, QBIT, INFOR Financial Group, Shopify, Rippling, Restive, Trace Finance, dan Better.com.
Banyak kalangan memprediksi ambruknya SVB akan memberikan dampak bagi industri start up di Indonesia karena rata-rata nasabah bank ini adalah venture capital yang menjadi pendana utama para startup. Para bankir pun diprediksi akan mengetatkan proses operasional sesuai dengan sisi kehati-hatian dalam menilai bisnis start up.
Start up di Indonesia disarankan harus mulai untuk berfokus pada menumbuhkan profit serta sustainability karena saat ini mendapatkan pendanaan atau fundraising sudah tidak semudah seperti masa lalu.
Dari kasus jatuhnya SVB ini dapat menjadi pelajaran bagi startup untuk tidak hanya memperhatikan pola bisnis dan perkembangan bisnis saja, tetapi juga perkembangan maupun kesehatan finansial perusahaan.
@IndoTelko