-
Cerita 'keajaiban, ketangguhan' tanaman Indonesia yang jadi koleksi institusi seni botani terbesar dunia
57 menit lalu -
Timnas U-24 Indonesia vs Taiwan: Laga Penentu Nasib Garuda Muda
54 menit lalu -
Tidak Ada Rekaman CCTV, Polisi Bakal Gelar Perkara Kasus Siswi SD Dicolok di Gresik
53 menit lalu -
Hasil Sepakbola Asian Games 2023: Upaya Timnas Indonesia U-24 Kejar Ketertinggalan 0-1 dari Taiwan U-24 Belum Berhasil
33 menit lalu -
Hitung-hitungan Timnas Indonesia U-24 Lolos ke 16 Besar Asian Games 2023 Setelah Kalah dari Taiwan U-24
14 menit lalu -
TNI AU Menggagalkan Penyelundupan Sabu-Sabu di Bandara SSK II Pekanbaru
53 menit lalu -
7 Strategi yang Disiapkan Ganjar Pranowo untuk Wujudkan Indonesia Emas
52 menit lalu -
Datangkan Joao Pedro, PSM Makassar Lengkapi Kuota Pemain Asing
40 menit lalu -
Ribuan Peserta Pemagangan Sangat Antusias Berangkat ke Jepang, Simak Harapannya
37 menit lalu -
Paul Pogba dan Juventus Sudah Tak Saling Komunikasi, Segera Berpisah?
33 menit lalu -
Cawapres Ganjar Pranowo Tak Hanya Sekadar Ditentukan dari Elektabilitas
28 menit lalu -
Sebelum Tewas Dianiaya Teman Satu Sel, AR Sempat Dimintai Sejumlah Uang Oleh Para Tahanan
28 menit lalu
Asal Usul Gelar Raja Majapahit Hayam Wuruk
HAYAM Wuruk dinobatkan menjadi raja Majapahit di usia muda. Konon catatan sejarah Hayam Wuruk naik tahta ketika masih berusia 16 sampai 17 tahun. Kakawin Nagarakretagama juga mengisahkan hal demikian perihal naik tahtanya Hayam Wuruk menggantikan ibunya Tribhuwana Tunggadewi.
Hayam Wuruk yang memiliki nama lain Raden Tetep sebagaimana dikisahkan Kakawin Pararaton memiliki gelar Abhiseka Sri Rajasanagara ketika naik tahta jadi raja. Sebelum menjadi raja, konon Hayam Wuruk kerap memainkan peran wanita dalam kesenian yang ia mainkan.
Prof. Slamet Muljana pada "Pemugaran Persada Sejarah Leluhur Majapahit" mengisahkan bagaimana kehidupan sang raja muda sebelum bertahta. Hayam Wuruk muda konon yang masih ABG konon memiliki gelar Tirtaraju ketika menjadi dalang. Kalau menari, memainkan peran wanita, sebagai Pager Antimun, kalau jadi pelawak dalam wayang, mengambil peran Gagak Katawang. Sebagai pemeluk agama Siwa dikenal sebagai Janeswara.
Setelah dinobatkan sebagai raja, mengambil nama abhiseka Sri Rajasanagara. Gelar itu muncul setelah dinobatkan sebagai yuwaraja di Kahuripan, ialah Sri Rajasanagara. Nama abhiseka Sri Rajasanagara tetap digunakan sampai akhir hidupnya.
Konon nama gelar itusering dipersatukan dengan nama garbhopatinya Dyah Hayam Wuruk. Penggabungan nama abhiseka dengan nama garbhopati adalah peristiwa biasa dalam masyarakat Majapahit, bahkan juga dalam masyarakat Jawa hingga zaman sekarang.
Pada Kakawin Nagarakretagama pupuh 1/4 menyatakan, dengan tegas bahwa Dyah Hayam Wuruk lahir pada tahun saka 1256 atau sama dengan 1334 Masehi. Ia hanya mempunyai seorang saudara perempuan dikenal sebagai Bhre Pajang. Bhre Pajang kawin dengan Raden Sumana, Bhatara di Paguhan, yang mengambil nama abhiseka Singawardhana.
Sebagai raja juga disebut Hyang Wekasing Suka. Gelar atau nama tambahan itu dengan sendirinya tidak pernah tercantum dalam prasasti. Hanya gelar Hyang Wekasing Suka' pernah satu kali disebut pada suatu prasasti yang diperbarui oleh Sri Wikramawardhana sepeninggal Sri Rajasanagara atau Hayam Wuruk.