-
Nasib PPPK Memang Buruk, Dikontrak 1 April Tetapi SPMT Baru Terbit 3 Juni, Tega Benar?
58 menit lalu -
Harga Minyak Dunia Turun Imbas Kenaikan Rig Pengeboran di Kanada
59 menit lalu -
Media Vietnam Percaya 3 Kekuatan Timnas Indonesia Ini Takkan Berguna saat Hadapi Argentina
52 menit lalu -
5 Fakta KKB Teroris Egianus Kogoya Ancam Bunuh Pilot Susi Air, Ini Kata Polisi
53 menit lalu -
Shopee Live paling sering digunakan untuk belanja fashion & kecantikan online
48 menit lalu -
SIM Keliling Surabaya 10-12 Juni 2023, Berikut Jadwal dan Lokasinya
38 menit lalu -
PSM vs Bali United: Teco Kritik Habis-habisan Rumput Stadion BJ Habibie, Memprihatinkan
58 menit lalu -
Manchester City Harus Waspada, Bos Inter Milan Pastikan Semangat Timnya Berlipat Ganda Jelang Final Liga Champions 2022-2023
40 menit lalu -
Jadwal Semifinal Singapore Open 2023: Ideal di Nomor Tunggal
17 menit lalu -
Cerita Kumpul Kebo di Lingkungan Militer KNIL Masa Penjajahan Belanda, Tentara Dianggap Butuh Dilayani Wanita
56 menit lalu -
Pintu Air Pasar Ikan Siaga 2 Pagi Ini, 9 Kelurahan Terancam Banjir!
50 menit lalu -
FIFA Matchday Indonesia vs Argentina, Perputaran Uang Bisa Tembus Rp500 Miliar
52 menit lalu
Banyak Pemerintah Khawatir dengan Keamanan TikTok, Benarkah untuk Memata-matai Pengguna?
CEO TikTok akan menghadiri sidang pertamanya di Kongres Amerika Serikat di tengah seruan lantang untuk melarang aplikasi tersebut, yang oleh beberapa orang dianggap sebagai masalah keamanan nasional.
Melansir BBC, Sudah berbulan-bulan Shou Zi Chew - CEO TikTok - berusaha meyakinkan bahwa platform berbagi video yang berbasis di China itu aman, kendati banyak pejabat pemerintah di AS, Inggris, Kanada, dan banyak negara di Eropa telah melarangnya diunduh di ponsel para staf.
China menuduh AS melebih-lebihkan ancaman keamanan siber untuk menekan perusahaan yang sedang berkembang pesat itu.
Bagaimanapun, saat ini ada momentum untuk mendorong supaya TikTok dijual secara paksa ke perusahaan AS atau dilarang sama sekali, atas tuduhan bahwa jejaring sosial tersebut dapat digunakan sebagai alat mata-mata.
Pada tahun 2020, TikTok hampir dilarang di AS oleh presiden saat itu, Donald Trump. Para eksekutifnya setiap hari menghadapi berbagai pertanyaan tentang risiko keamanan siber yang ditimbulkan oleh aplikasi yang sangat sukses itu.
Berkat berbagai tantangan hukum yang kompleks, perdebatan tersebut sebagian besar perlahan-lahan memudar - dan akhirnya diakhiri pada tahun 2021, ketika Presiden Joe Biden membatalkan usulan Trump.
Anda hampir bisa mendengar desahan lega, baik dari TikTok itu sendiri maupun jutaan influencer yang mengandalkan aplikasi media sosial itu untuk mencari nafkah.
Tetapi sekarang, seperti video TikTok yang selalu diulang-ulang, kita kembali lagi ke awal.
Namun kali ini taruhannya jauh lebih tinggi.
Ketika Trump mengusulkan pelarangan TikTok sekitar tiga tahun yang lalu, aplikasi tersebut sudah diunduh sekitar 800 juta kali di seluruh dunia.
Saat ini jumlahnya sudah mencapai 3,5 miliar unduhan, menurut perusahaan analis aplikasi Sensor Tower.
Tambahkan ke situ meningkatnya ketegangan geopolitik antara China dan negara-negara Barat, maka jelas bahwa masa depan TikTok sekarang lebih genting dari sebelumnya.