-
Sukarelawan dari Mimika Bantu Korban Gempa Sulbar
49 menit lalu -
Pascagempa Sulbar, Pembersihan Reruntuhan Bangunan Ditargetkan Tuntas 15 Hari
56 menit lalu -
Madura United Sarankan Liga 1 2020 Dihentikan
41 menit lalu -
Harapan Presidium Alumni 212 ke Kapolri Baru: Bisa Tuntaskan Kasus Pelanggaran HAM
47 menit lalu -
DPR Duga Ada Oknum Distributor Pupuk Bersubsidi di Pemerintahan
58 menit lalu -
Liga Spanyol: Raheem Sterling Masuk Daftar Belanja Real Madrid
58 menit lalu -
Prosesi Virtual HUT Ke-48 PDIP Diikuti 73.367 Peserta Raih Rekor MURI
49 menit lalu -
Kejagung Periksa 4 Saksi Terkait Kasus Asabri
44 menit lalu -
Masih Sakit Hati, Deschamps Tak Bisa Melupakan Kata-Kata Benzema
43 menit lalu -
Dirut Kino Indonesia Harry Sanusi Beli 147.900 Saham Perseroan
53 menit lalu -
PSSI Cari Pelatih untuk Timnas Indonesia Putri, Buka Seleksi Minimal Lisensi AFC Pro
43 menit lalu -
Tim DVI Kembali Identifikasi 5 Jenazah Korban Sriwijaya Air SJ-182
30 menit lalu
0
Biji Kopi Indonesia Lebih Mahal

Ketua SCAI Syafrudin mengatakan sebagian kopi Indonesia diproduksi oleh petani yang bercocok tanam di wilayah sulit terjangkau atau remote area.
"Dengan kita bayar sedikit lebih dari apa yang semestinya, kita sudah dukung petani. Betapa susahnya petani kopi di Indonesia bercocok tanam dan berusaha membawa kopi dari remote area untuk menuju area proses," ujarnya dalam Dialog Kopi Kulak Kulik Nikmatnya Bisnis Kopi, seperti dilansir cnnindonesia.com, Sabtu (21/11).
Selain itu, kopi Indonesia yang sudah berhasil menembus pasar global memiliki cita rasa tinggi dibandingkan dengan kopi negara lain.
"Banyak kopi Indonesia yang masuk pasar global. Ini tugas SCAI bersama pemangku kepentingan perkopian untuk bersama membina petani kopi Indonesia dalam meningkatkan kualitas, kuantitas, dan memberi akses pasar petani kopi Indonesia," imbuhnya.
Ia tidak menampik masih terdapat hambatan pada rantai pasok (supply chain) kopi Indonesia. Sebab, pada umumnya kopi Indonesia dibudidaya oleh petani kecil yang memiliki keterbatasan dan kesempatan untuk mengembangkan produk.
SCAI menyatakan akan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya seperti kementerian dan lembaga terkait serta Bank Indonesia (BI) guna mengurai hambatan rantai pasok kopi itu.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah berkomunikasi dengan pemangku transportasi dan prosesor kopi nusantara.
"Lalu, kami beri edukasi petani kopi bagaimana mereka bersikap dan nyaman dalam budidaya kopi sehingga bisa memproduksi kopi yang baik, rantai pasok berlangsung terus, dan pembeli senang sehingga membeli terus kopi dari petani Indonesia," katanya.
Indonesia saat ini adalah negara eksportir terbesar ke-7 kopi dunia dengan pangsa ekspor sebesar 4,05 persen pada 2019.
Indonesia berada di bawah Brasil dengan pangsa pasar 14,02 persen, Jerman 8,74 persen, Vietnam 7,80 persen, Swiss 7,33 persen, Kolombia 7,13 persen, dan Italia 4,88 persen. *
"Dengan kita bayar sedikit lebih dari apa yang semestinya, kita sudah dukung petani. Betapa susahnya petani kopi di Indonesia bercocok tanam dan berusaha membawa kopi dari remote area untuk menuju area proses," ujarnya dalam Dialog Kopi Kulak Kulik Nikmatnya Bisnis Kopi, seperti dilansir cnnindonesia.com, Sabtu (21/11).
Selain itu, kopi Indonesia yang sudah berhasil menembus pasar global memiliki cita rasa tinggi dibandingkan dengan kopi negara lain.
"Banyak kopi Indonesia yang masuk pasar global. Ini tugas SCAI bersama pemangku kepentingan perkopian untuk bersama membina petani kopi Indonesia dalam meningkatkan kualitas, kuantitas, dan memberi akses pasar petani kopi Indonesia," imbuhnya.
Ia tidak menampik masih terdapat hambatan pada rantai pasok (supply chain) kopi Indonesia. Sebab, pada umumnya kopi Indonesia dibudidaya oleh petani kecil yang memiliki keterbatasan dan kesempatan untuk mengembangkan produk.
SCAI menyatakan akan berkolaborasi dengan pemangku kepentingan lainnya seperti kementerian dan lembaga terkait serta Bank Indonesia (BI) guna mengurai hambatan rantai pasok kopi itu.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah berkomunikasi dengan pemangku transportasi dan prosesor kopi nusantara.
"Lalu, kami beri edukasi petani kopi bagaimana mereka bersikap dan nyaman dalam budidaya kopi sehingga bisa memproduksi kopi yang baik, rantai pasok berlangsung terus, dan pembeli senang sehingga membeli terus kopi dari petani Indonesia," katanya.
Indonesia saat ini adalah negara eksportir terbesar ke-7 kopi dunia dengan pangsa ekspor sebesar 4,05 persen pada 2019.
Indonesia berada di bawah Brasil dengan pangsa pasar 14,02 persen, Jerman 8,74 persen, Vietnam 7,80 persen, Swiss 7,33 persen, Kolombia 7,13 persen, dan Italia 4,88 persen. *
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali