-
Hasil Halus FC vs Radit FC di Liga Futsal Profesional 2022-2023: Farhan Hermawan Dkk Menang 5-2!
21 menit lalu -
Satlantas Polresta Jambi Periksa Kasus Kecelakaan Mobil Camry Pelat Merah, Tidak Ada SIM
50 menit lalu -
Penyebab Media Malaysia Sebut Ronaldo Kwateh Tidak Profesional
48 menit lalu -
Usut Korupsi Benih Bawang di NTT, KPK Kantongi Keterangan 35 Saksi
48 menit lalu -
Cetak Gol di Laga AS Roma vs Empoli, Tammy Abraham Senang Bukan Main
50 menit lalu -
Santrine Abah Ganjar Merajut Silaturahmi Bersama Santri dan Ulama di Bondowoso
48 menit lalu -
Sang Kekasih Disunat, Nikita Mirzani Bilang Begini
45 menit lalu -
Xavi: Barcelona Bukan Favorit Juara LaLiga
24 menit lalu -
Wanita Cantik Tersangka Tembakau Sintentis 37,5 Kg Bebas, Kok Bisa?
42 menit lalu -
PBB Solo Mengalami Kenaikan, Gibran: Naiknya Tinggi, Stimulusnya Tinggi Juga
33 menit lalu -
Andre Taulany jadi Bintang Tamu di Konser Dewa 19, Menyanyikan Lagu Mungkinkah
47 menit lalu -
Danramil Oksibil Ajak Warga Bantu Mencari Anggota Polisi
40 menit lalu
Bivitri Susanti Kritisi Pasal Demonstrasi di RKUHP, Ini Alasannya

GenPI.co - Pakar hukum tata negara Bivitri Susanti mengkritisi RKUHP yang menyatakan demonstrasi tak berizin akan dikenai pidana penjara paling lama 6 bulan.
Menurut dia, Indonesia sudah punya undang-undang tentang menyatakan pendapat di muka umum.
"Setelah 1998 bahwa yang namanya demonstrasi itu hanya memberitahukan karena merupakan hak asasi manusia," ucap dia di kawasan Juanda, Jakarta Pusat, Minggu (4/12).
Bivitri mengatakan unjuk rasa merupakan kebebasan berpendapat yang dijamin oleh konstitusi.
Dia menyebut karena dijamin, maka bukan harus mendapat izin, melainkan sifatnya pemberitahuan.
"Manfaatnya pemberitahuan itu kalau terjadi sesuatu, polisi sudah siap mengantisipasi sebagai penegak hukum. Jadi, bukan izin," ungkapnya.
Bivitri mengatakan pasal tersebut menjadi salah satu peraturan yang harus dikritik.
Dia menyebut yang terjadi dalam praktik memang seperti itu dan sudah sering dikritik, tetapi terus dijalankan.
Terkait pasal RKUHP, Bivitri menjelaskan apabila mau ada demonstrasi, judulnya memang masih pemberitahuan.
Namun, biasanya di lapangan kalau ditanya sama polisi, diminta tanda buktinya sehingga seakan-akan diperlakukan sebagai izin.
"Hal itu yang mau dibakukan dalam RKUHP dan seharusnya melanggar kontitusi," kata dia.
Adapun Pasal 256 RKUHP disebutkan setiap orang yang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak berwenang mengadakan pawai, unjuk rasa, atau demonstrasi di jalan umum atau tempat umum yang mengakibatkan terganggunya kepentingan umum, menimbulkan keonaran, atau huru-hara dalam masyarakat dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 bulan atau denda paling banyak kategori II (Rp 10 juta).
Selain itu, dalam Pasal 357 disebutkan setiap orang yang mengabaikan perintah atau petunjuk pejabat berwenang yang diberikan untuk mencegah terjadinya kecelakaan dan menghindarkan kemacetan lalu lintas umum sewaktu ada pesta, pawai, atau keramaian (demonstrasi) dipidana denda paling banyak kategori II (Rp 10 juta). (*)
Heboh..! Coba simak video ini: