-
MA Putuskan Perda RTRW Pertambangan di Pulau Wawonii Dibatalkan
51 minutes ago -
Sehari 2 Peristiwa Penting, yang Satu Diam-diam, Anies Capres 2024 jadi Enggak sih?
50 minutes ago -
Ajax Sudah Dapatkan Penolakan dari 4 Orang untuk 2 Posisi
41 minutes ago -
PSIS Semarang Lepas Tiga Pemain, Siapa Saja?
58 minutes ago -
Minyak Kita Langka di Pasar, Mendag Langsung Sidak Pagi Ini
43 minutes ago -
Cuaca Surabaya Hari Ini, Hujan Ringan Hingga Lebat Mengguyur Siang-Malam
48 minutes ago -
Resesi seks: Apakah Indonesia kekurangan bayi?
43 minutes ago -
Satpol PP Denpasar Amankan Orang Mabuk
53 minutes ago -
Menguak Arti Warna Merah Muda Seragam Bhayangkari Persatuan Istri Anggota Polri
44 minutes ago -
Basarnas Selamatkan 12 ABK yang Terombang-ambing di Laut Halmahera
41 minutes ago -
Tim SMPN 1 Semarapura Juara I Esport Mobile Legend
26 minutes ago -
Barcelona Resmi Perpanjang Kontrak Marcos Alonso
46 minutes ago
Bye Resesi! Ekonomi RI Diprediksi Tumbuh 5% pada 2023
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyampaikan bahwa sinergi dan kolaborasi antara pemerintah pusat, pemerintah daerah (pemda) dan berbagai pihak merupakan kunci penting untuk menghadapi ketidakpastian ekonomi pada 2023.
Dikutip Antara, Gubernur BI Perry Warjiyo meminta agar Indonesia bersama-sama untuk gotong-royong dan berkoordinasi.
"Dunia memang bergejolak, kuncinya sinergi dan kolaborasi, bersatu, bersama, gotong royong, guyub rukun, koordinasi. Kalau kita bersatu, gubernur, bupati, pemerintah pusat, ekonomi 2023 bisa kita dihadapi," ujarnya dalam sambutan Rakornas Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) dipantau daring di Jakarta yang dikutip Antara, Selasa (6/12/2022).
Dia juga mengaku optimistis perekonomian nasional dapat tumbuh di atas 5% year on year (yoy) pada tahun 2023, di saat IMF memperkirakan perekonomian global melambat di kisaran 2- 3% yoy.
BACA JUGA:Ada Ancaman Resesi, Bagaimana Proyeksi Pertumbuhan Properti di 2023?
Serta dia memprediksi perlambatan ekonomi global pada tahun depan merupakan efek lanjutan adanya invasi Rusia ke Ukraina yang menyebabkan terhambatnya rantai pasok global pasca-pandemi Covid-19, sehingga mendorong laju inflasi di berbagai negara maju.
Di mana hal tersebut diikuti langkah otoritas moneter berbagai negara maju yang secara agresif menaikkan suku bunga acuannya, yang akhirnya berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.