-
MAKI Minta KPK Terbitkan Red Notice Bagi Harun Masiku
40 menit lalu -
Selesai Jalani Skorsing, Marcus Thuram Siap Main Lawan Dortmund
38 menit lalu -
Korupsi Bansos, KPK Dalami Tempat Pembelian Barang Bantuan
47 menit lalu -
JPS Segera Kirim Bantuan Logistik ke Sulbar
37 menit lalu -
Josef Bican Diklaim Cetak 821 Gol, Cristiano Ronaldo Belum Jadi Pesepakbola Tertajam
58 menit lalu -
4 Pose Seksi Pamela Safitri Bikin Susah Kedip
57 menit lalu -
Pemerintah Perpanjang PPKM Jawa-Bali | Infografis
55 menit lalu -
Petaka di Sungai Terpencil Tembagapura
42 menit lalu -
Emosi Tak Mau Tarung Ulang, McGregor Minta UFC Cabut Gelar Khabib
34 menit lalu -
Live Streaming Liga Spanyol: Eibar vs Atletico Madrid
19 menit lalu -
Live Streaming Liga Inggris: Liverpool vs Burnley
49 menit lalu -
Taat Protokol Kesehatan Solusi Atasi Darurat Lahad Pemakaman Korban Covid-19
29 menit lalu
0
China 'Desak' Bali Segera Ekspor Manggis

DENPASAR,
China mendesak Bali, khususnya para eksportir manggis untuk segera mengirim manggis. Desakan tersebut dipicu kebutuhan manggis yang meningkat mulai November hingga Februari tahun depan di China. Untuk membantu pengiriman tersebut, penerbangan pesawat carteran China Southrn akan diupayakan bisa terbang ke Bali setiap pekan.
Untuk penjajagan ekspor manggis ke China tersebut, pihak terkait sedang melakukan pendataan siapa-siapa eskportir yang siap memasok manggis.
Pendataan dilakukan untuk memperoleh kepastian, sehubungan dengan fasilitasi pesawat carter nanti.
Di Bali sendiri ada 11 eksportir manggis. Jumlah tersebut bagian dari 71 eskportir manggis seluruh Indonesia.
"Kita data mana teman-teman eksportir yang siap," ujar Ketua Perhimpunan Eskportir Manggis dan Rumah Kemasan Indonesia (PEMRKI) Jro Mangku Putu Tesan Minggu (22/11).
Kepastian tersebut perlu mengingat panen manggis di Bali kemungkinan besar mundur. Biasanya November ini sudah panen, namun panen baru akan mulai Desember depan. Sedangkan di daerah lain seperti Lombok, NTB dan juga di Jawa, masa panen manggis sudah mulai. "Gimana nanti mendapatkan manggisnya," ujar Jro Tesan.
Apabila sudah pasti akan disampaikan kepada pihak konsulat. Permintaan agar Bali segera mengirim manggis ke China, jelas Jro Tesan berawal dari pembicaraan virtual antara konsulat China dengan eksportir manggis, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Balai Karantina dan OPD terkait lainnya beberapa waktu lalu. " Kita diundang secara virtual," ungkap Jro Tesan.
Dari pembahasan itulah terungkap kebutuhan manggis yang akan memuncak di China. Apalagi nanti ada perayaan Tahun Baru Imlek pada Februari tahun depan. "Terus kita ditanya kapan siap," lanjut Jro Tesan.
Rencananya pesawat carteran yang akan datang akan mengangkut kebutuhan untuk di Bali. Misalnya peralatan kesehatan berupa masker dan yang lainnya. Nanti ketika balik mengangkut manggis dengan kapasitas 70 ton.
Jika kurang, kemungkinan harus ada barang lain yang diangkut sehingga kerugian biaya transportasi bisa ditanggulangi.
Kabid Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunarta, mengiyakan permintaan ekspor dan wacana pengadaan pesawat carter dalam pembahasan bersama pihak konsulat Tiongkok.
" Yang memang itu salah satu tawaran," ungkap Sunarta. Karena jika ekspor dilakukan melalui Jakarta atau daerah lain, biaya angkut melambung. Bisa Rp 40 ribu sampai Rp 80 ribu perkilo. "Lantas berapa nanti ekspotir harus jual manggis tentu tinggi sekali," ungkap Sunarta.
Jika sudah ada kesepakatan nanti, tentu urusannya adalah bisnis to bisnis (B to B). Pemerintah bertugas mendorong dan memotivasi agar eskspor bisa dilakukan. *K17
China mendesak Bali, khususnya para eksportir manggis untuk segera mengirim manggis. Desakan tersebut dipicu kebutuhan manggis yang meningkat mulai November hingga Februari tahun depan di China. Untuk membantu pengiriman tersebut, penerbangan pesawat carteran China Southrn akan diupayakan bisa terbang ke Bali setiap pekan.
Untuk penjajagan ekspor manggis ke China tersebut, pihak terkait sedang melakukan pendataan siapa-siapa eskportir yang siap memasok manggis.
Pendataan dilakukan untuk memperoleh kepastian, sehubungan dengan fasilitasi pesawat carter nanti.
Di Bali sendiri ada 11 eksportir manggis. Jumlah tersebut bagian dari 71 eskportir manggis seluruh Indonesia.
"Kita data mana teman-teman eksportir yang siap," ujar Ketua Perhimpunan Eskportir Manggis dan Rumah Kemasan Indonesia (PEMRKI) Jro Mangku Putu Tesan Minggu (22/11).
Kepastian tersebut perlu mengingat panen manggis di Bali kemungkinan besar mundur. Biasanya November ini sudah panen, namun panen baru akan mulai Desember depan. Sedangkan di daerah lain seperti Lombok, NTB dan juga di Jawa, masa panen manggis sudah mulai. "Gimana nanti mendapatkan manggisnya," ujar Jro Tesan.
Apabila sudah pasti akan disampaikan kepada pihak konsulat. Permintaan agar Bali segera mengirim manggis ke China, jelas Jro Tesan berawal dari pembicaraan virtual antara konsulat China dengan eksportir manggis, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Balai Karantina dan OPD terkait lainnya beberapa waktu lalu. " Kita diundang secara virtual," ungkap Jro Tesan.
Dari pembahasan itulah terungkap kebutuhan manggis yang akan memuncak di China. Apalagi nanti ada perayaan Tahun Baru Imlek pada Februari tahun depan. "Terus kita ditanya kapan siap," lanjut Jro Tesan.
Rencananya pesawat carteran yang akan datang akan mengangkut kebutuhan untuk di Bali. Misalnya peralatan kesehatan berupa masker dan yang lainnya. Nanti ketika balik mengangkut manggis dengan kapasitas 70 ton.
Jika kurang, kemungkinan harus ada barang lain yang diangkut sehingga kerugian biaya transportasi bisa ditanggulangi.
Kabid Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali I Wayan Sunarta, mengiyakan permintaan ekspor dan wacana pengadaan pesawat carter dalam pembahasan bersama pihak konsulat Tiongkok.
" Yang memang itu salah satu tawaran," ungkap Sunarta. Karena jika ekspor dilakukan melalui Jakarta atau daerah lain, biaya angkut melambung. Bisa Rp 40 ribu sampai Rp 80 ribu perkilo. "Lantas berapa nanti ekspotir harus jual manggis tentu tinggi sekali," ungkap Sunarta.
Jika sudah ada kesepakatan nanti, tentu urusannya adalah bisnis to bisnis (B to B). Pemerintah bertugas mendorong dan memotivasi agar eskspor bisa dilakukan. *K17
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali