-
Studi Sebut Aktivitas Manusia jadi Pemicu Pemanasan Global
50 menit lalu -
Perjuangan Berat AC Milan Demi Dapatkan Fikayo Tomori
39 menit lalu -
Jakarta dan Bekasi Banjir, Begini Kondisi 3 Sungai di Bogor
40 menit lalu -
Makanan dan Minuman yang Tidak Boleh Dikonsumsi Saat Perut Kosong
59 menit lalu -
62 Nakes di Tangsel Batal Divaksin Karena Hal Ini
56 menit lalu -
Conor McGregor Pastikan UFC 257 Bukan Pertarungan Satu-satunya pada Tahun Ini
40 menit lalu -
Atap Kaca Jadi Solusi Terbaik untuk Hunian, Ini Hal yang Perlu Kamu Ketahui
59 menit lalu -
Bulan Bahasa Bali 2021 Tetap Digelar Secara Daring dan Luring
46 menit lalu -
Beckham Putra Dibidik Klub Eropa, Pelatih Persib Khawatir
44 menit lalu -
Gelar Pesta Saat Pandemi Corona, Turis Rusia Dideportasi Imigrasi Bali
30 menit lalu -
Liga 1 Bakal Bergulir di Tengah Pandemi, Klub Lebih Khawatir soal Subsidi
18 menit lalu -
Lirik Lagu Welcome To Wherever You Are - Bon Jovi
39 menit lalu
0
Cina Mulai Timbun Emasnya, Perang Dagang dengan AS Makin Memanas

Batangan emas murni 99,99 persen di pabrik logam mulia Krastvetmet, di kota Krasnoyarsk, Siberia, Rusia, 22 September 2017. Pabrik ini merupakan salah satu produsen terbesar logam mulia terbesar di dunia. REUTERS/Ilya Naymushin |
People's Bank of China (PBOC) meningkatkan cadangan emas batangannya menjadi 61,61 juta ons pada Mei dari 61,10 juta sebulan sebelumnya, menurut data yang dirilis pada hari Senin, seperti dikutip dari The Star, 11 Juni 2019.
Ini merupakan kenaikan 15,86 ton, setelah hampir 58 ton emas ditambahkan ke cadangan negara dalam lima bulan hingga April.
Kenaikan ini adalah langkah pemerintah untuk menjauh dari aset dolar, kata analis Argonaut Securities (Asia) Ltd. Helen Lau.
Pada tingkat akumulasi ini, Cina dapat membeli 150 ton pada 2019, menurut Lau.
Cina, produsen dan konsumen emas teratas dunia, sedang menghadapi prospek ekonomi domestik yang melambat ketika pemerintahan Trump menaikkan tarif impor Cina dan berupaya memotong perusahaan seperti Huawei Technologies Co. dari pasar AS.
Berdasarkan data PBOC terbaru seperti yang dilansir Tempo.co, Cina telah melanjutkan pembelian dengan kecepatan stabil setelah jeda dari akhir 2016 hingga Desember lalu.
"Ini adalah diversifikasi untuk menjauh dari dolar AS, khususnya mengingat ketegangan perdagangan dan potensi perang dingin teknologi yang berkembang," kata Bart Melek, kepala strategi komoditas global di TD Securities.
Harga emas telah naik selama tiga minggu terakhir, mencapai level tertinggi sejak April 2018, karena investor mencari tempat berlindung dan pedagang meningkatkan taruhan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga menyusul tanda-tanda kelemahan.
Cina sebelumnya telah mengalami periode yang lama tanpa mengungkapkan peningkatan kepemilikan emas.
Ketika bank sentral Cina mengumumkan kenaikan 57 persen dalam cadangan menjadi 53,3 juta ons pada pertengahan 2015, langkah itu menjadi pembaruan pertama dalam enam tahun.
Langkah bank sentral Cina datang ketika bank sentral lain, terutama dari pasar negara berkembang, mulai meningkatkan kepemilikan emas. (AS)
Sumber: mediaapakabar
Berita Terkait