-
Jualan Miras Online, Gadis Cantik di Tasikmalaya Diciduk Polisi
59 menit lalu -
Wayan 'Apel' Hendrawan Pamerkan Karya Lukis Bernuansa Spiritualis Bali
43 menit lalu -
5 Klub Juara Liga Indonesia dengan Rekor Terbaik: Persipura Luar Biasa!
56 menit lalu -
Georgina Rodriguez Tak Sanggup Punya Anak Lagi, Cristiano Ronaldo Pindah ke Lain Hati?
52 menit lalu -
BWF World Tour Finals : Ahsan / Hendra Ditekuk Pasangan Korea Selatan
45 menit lalu -
KPK Dalami Dugaan Aliran Dana Korupsi PT DI ke Setneg
37 menit lalu -
Asosiasi Eksportir: Harga Kopi Dalam Negeri Terpantau Stabil
22 menit lalu -
Andrea Pirlo Senang Bertemu Inter di Semifinal Coppa Italia
41 menit lalu -
Prof Agus: Pemberitaan Jangan Bertentangan dengan Asas Praduga Tak Bersalah
24 menit lalu -
GP Ansor Harap Polri Makin Responsif dan Adil
44 menit lalu -
Anak-Anak Berbohong soal Usia saat Membuat Akun Media Sosial
41 menit lalu -
VIDEO: Calon Penumpang Kereta Harus Puasa 1 Jam Sebelum Tes GeNose Covid-19
41 menit lalu
Di Tengah Keterbatasan, Anak Buruh Tani Ini Berhasil Raih Gelar Doktor

JAKARTA - Bagi sebagian orang, menempuh pendidikan hingga sampai kejenjang doktor selalu terbayang dengan mahalnya biaya. Selain itu, terdapat faktor lainnya seperti tidak mempunyai semangat belajar dan waktu yang terbatas.
(Baca juga: Kisah Inspiratif Anak Buruh Tani Juara MTQ Internasional)
Namun ada kisah inspiratif yang datang dari seorang anak buruh tani asal Kampung Pulosirih, Desa Sukajadi, Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi yang berhasil mengenyam pendidikan sampai S3.
Meskipun orangtuanya hanya buruh tani yang menggarap sawah milik orang lain, Rasminto memberanikan diri untuk melanjutkan pendidikan dengan masuk ke program studi pendidikan geografi di Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
(Baca juga: Keren! Ini Perjuangan Anak Buruh Tani yang Lulus dengan Gelar Wisudawan Terbaik)
"Mengingat orangtua secara ekonomi dengan keterbatasan untuk mendukung biaya perkuliahan, maka saya bekerja untuk menopang kebutuhan hidup dan biaya kuliah,"ujar Rasminto saat berbincang dengan Okezone, Sabtu (21/11/2020).
Dia pun mulai bekerja seperti menjadi tutor, staf marketing di salah satu lembaga bimbingan belajar di Jakarta, mengajar di SMA 68 & SMA Budi Agung Jakarta, hingga aktif menjadi asisten peneliti di Program Studi Geografi UNJ.
"Dengan segala keterbatasan biaya maupun bimbingan mengingat belum ada anggota keluarga saya yang pernah mengenyam bangku kuliah,"sambungnya.
Tak cepat puas, tahun 2011, Rasminto pun memberanikan diri ikut seleksi masuk program Pascasarjana di Program Studi Kependudukan & Lingkungan Hidup (PKLH) Pascasarjana UNJ. Di tahun tersebut, Rasminto juga berkesempatan mendapatkan program beasiswa, hanya saja kesempatan itu urung Ia dapatkan karena terkendala syarat administrasi.
"Saya tetap bertekad melanjutkan kuliah meski tanpa program beasiswa. Lagi-lagi pilihannya pun bekerja," ujarnya.
Berkat upaya kerasnya, pria 34 tahun ini pun berhasil meraih gelar magister pendidikan di tahun 2013 dan berhasil meraih predikat cumlaude dengan indeks prestasi 3.77.
Setelah berhasil meraih gelar magister, Ia pun masih tak merasa puas, tahun 2015 Ia pun melanjutkan kuliahnya di S3 PKLH Pascasarjana UNJ. Namun, program doktor yang dilalui Rasminto cukup berat, bahkan Ia sempat pesimis menjalani kuliahnya dengan biaya mandiri.
"Lulus S2, saya justru merasa dahaga belajar. Karena itu, saya pun berupaya melanjutkan studi di program studi yang sama. Niatnya agar pendidikan saya mendekati paripurna dan bisa membanggakan keluarga,"kata dia.
"Pendidikan saya tempuh sambil mengajar sebagai dosen di FKIP Unisma Bekasi dan menjadi konsultan di beberapa lembaga swasta maupun pemerintahan dan juga aktif di DPP KNPI," lanjutnya.
Dengan berbagai rintangan yang dihadapi, di pada tahun 2020 , dia berhasil menyelesaikan kewajibannya sebagai mahasiswa dan berhasil mempertahankan disertasinya dihadapan para penguji dalam sidang terbuka. Hanya saja, karena masih dalam kondisi pandemi, sidang terbukanya pun harus digelar secara virtual.
Putra sulung Bapak Nadah dan Ibu Sulastri ini pun kini berhasil menambah daftar panjang inspirasi anak kurang mampu yang berhasil sekolah setinggi-tingginya sampai meraih gelar doktor di bidang kependudukan dan lingkungan hidup.
"Semua virtual, tapi tidak masalah yang terpenting esensi sidang terbukanya dapat dan tetap bisa disaksikan oleh keluarga, teman dan kolega," tutup Rasminto.