-
Kartu Merah Ibrahimovic Ubah Skenario Akhir Laga Inter vs Milan
49 menit lalu -
Paul Lambert Tak Mainkan Elkan Baggott, Ipswich Town Ditekuk Sunderland
47 menit lalu -
Langsung Pimpin Laga, Ini Pemain yang Diturunkan Tuchel di Laga Chelsea vs Wolves
48 menit lalu -
Lihat Saat Pertama Thomas Tuchel Melatih Chelsea
37 menit lalu -
Hormati Pirlo, Juventus Berupaya Keras Gaet Pemain Internasional Italia
47 menit lalu -
Bos BI Ungkap Kinerja Ekonomi Indonesia 2020
38 menit lalu -
Punya Georgina Rodriguez, Kesetiaan Cristiano Ronaldo Digoyang 3 Perempuan Ini
38 menit lalu -
Digitalisasi Aksara Daerah Kandas, Pemerintah Diminta Tak Diam
52 menit lalu -
Jadwal Live Streaming Liga Inggris: Duel Manchester United dan Chelsea
47 menit lalu -
Samsung Siap Merilis 2 Smartphone Baru, Cek di Sini Modelnya
46 menit lalu -
Facebook Buka Akses untuk Data Iklan Terkait Pemilu AS 2020
47 menit lalu -
Hati-Hati, Tersebar Formulir Online Palsu Pengajuan Banpres Produktif
46 menit lalu
Difteri Kembali Mewabah, Ketahui Gejala dan Cara Pencegahannya

Laman berita online CNNIndonesia.com melansir bahwa seorang anak asal Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara meninggal akibat difteri. Bocah berusia lima tahun ini meninggal pada Rabu (4/12/2019).
Pasien ini sempat dirawat selama dua hari di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Haji Adam Malik di Medan. Ketika masuk rumah sakit pada Senin (2/12/2019), dia memperlihatkan beberapa gejala.
Baca juga:Waspada ISPA dan Sejumlah Penyakit Lainnya Selama Musim Kemarau
Anak ini mengalami gejala penurunan kesadaran, mendengkur, mengeluarkan nafas berat, memiliki bercak warna hitam keabuan yang mudah berdarah pada tenggorokan, dan juga leher membengkak.
Tiga pasien anak lainnya masuk rumah sakit yang sama pada Selasa (3/12/2019). Keempat pasien ini merupakan kakak adik.
Dokter RSUP Haji Adam Malik melakukan pemeriksaan terhadap tiga pasien ini. Setelah didiagnosis, ketiganya tidak ada indikasi klinis ke difteri. Tetapi, mereka melakukan kontak dengan anggota keluarga lain yang mengidap difteri.
Ratusan Siswa di Malang Menjadi Pembawa Bakteri DifteriSementara itu, laman berita online Liputan6.com menyitir bahwa ada ratusan siswa dan guru di Malang, Jawa Timur yang menjadi pembawa bakteri difteri. Mereka menjadi carrier.
Carrier adalah kondisi seseorang yang terlihat sehat, namun membawa bakteri difteri lantaran kekebalan tubuh rendah. Orang ini harus ditangani agar tidak menjadi positif difteri. Selain itu, penanganan dilakukan agar carrier ini tidak menularkan ke orang lain.
Sebanyak 212 siswa dan 15 guru di Madrasah Ibtidaiyah Negeri serta 42 siswa dan 20 guru di SMA (Sekolah Menengah Atas) Negeri di Malang ternyata positif carrier. Mereka diduga tidak pernah imunisasi atau tidak melakukan imunisasi secara lengkap.
Baca juga:Apa Sih Penyakit Leptospirosis, Cari Tahu Gejala dan Pencegahannya Ya
Dinas Kesehatan Kota Malang juga melansir data mengenai difteri. Sejak 2009 hingga 2019, ada sejumlah temuan kasus difteri. Jumlah temuan memang fluktuatif. Ada sejumlah pasien yang akhirnya meninggal.
Gejala dan Komplikasi DifteriSitus berita online Kompas.com pernah melansir bahwa difteri merupakan penyakit yang menyerang saluran nafas atas atau kulit. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae.
Bakteri menyebar lewat percikan air liur di udara seperti bersin atau batuk. Untuk mencegah penularan, pasien harus diisolasi.
Difteri bersifat mematikan. Bakteri akan menghasilkan toksin dan kemudian membentuk membran putih tebal di tenggorokan. Racun ini bisa menyebar ke jantung dan saraf lewat aliran darah sehingga bisa menimbulkan kematian.
Baca juga:Hati-Hati, Keranjang Sampah Bisa Sebarkan Penyakit Lho
Ada beberapa gejala difteri seperti sulit menelan, demam dengan suhu sekitar 38 derajat Celsius, kurang nafsu makan, sesak nafas disertai bunyi, leher membengkak akibat pembengkakan kelenjar leher. Salah satu gejala khas difteri adalah kemunculan selaput putih keabuan di pangkal tenggorokan.
Difteri juga menyebabkan komplikasi. Beberapa di antaranya adalah menyumbat saluran udara, kerusakan otot-otot jantung, kerusakan syaraf, kehilangan kemampuan bergerak, dan infeksi paru-paru.
Penyakit ini dapat dicegah dengan imunisasi dan menjaga kebersihan lingkungan. Imunisasi tidak hanya dilakukan untuk anak-anak, tetapi juga orang dewasa.
Baca juga:Jakarta Masih Berpotensi Hujan, Hati-hati Penyakit Leptospirosis Ya
Upaya menjaga kebersihan lingkungan harus dilakukan. Lingkungan yang bersih tentunya membuat orang bisa hidup sehat dan terhindar dari ancaman penyakit.
]]>