-
PICAF 2023 Fokus Promosikan Energi Hijau
36 menit lalu -
Revisi Cuti Bersama Lebaran 2023 Jadi 19-25 April 2023, Pencairan THR Diminta Lebih Cepat
56 menit lalu -
Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger Resmi Menjadi 2 Pelatih Pertama yang Masuk Premier League Hall Of Fame
29 menit lalu -
Begini Penjelasan Mahfud MD soal Dana Janggal Rp349 Triliun di Kemenkeu
45 menit lalu -
Sindir Nama Frederic Yunandi ke DPR, Mahfud: Jangan Main Ancam!
42 menit lalu -
Update Ranking FIFA Negara-Negara Asia Tenggara: Timnas Indonesia, Malaysia, dan Vietnam Naik Peringkat, Thailand Merana
44 menit lalu -
Mahfud MD ke DPR: Jangan Gertak, Saya Juga Bisa Gertak Saudara Dihukum Halangi Penyidikan
42 menit lalu -
Dukung Persebaya, Wali Kota Eri Berangkatkan Ratusan Bonek Menuju Semarang
20 menit lalu -
IDAI: Gunakan Obat Sirop yang Dinyatakan Aman
56 menit lalu -
Rakyat Maluku Utara Juga Pengin Hak Otonomi Khusus
35 menit lalu -
Erick Thohir Keluarkan Aturan Baru, Gaji hingga Tunjangan Direksi-Komisaris BUMN Dibahas RUPS
29 menit lalu -
Diintrupsi saat Jelaskan Transaksi Rp349 T, Mahfud MD ke DPR: Saya Setiap ke Sini Dikeroyok
53 menit lalu
Dilarang di Sekolah, OpenAI Percaya Chatbot Bantu Dunia Pendidikan

JAKARTA---Model pemrosesan bahasa alami OpenAI, ChatGPT, menggemparkan dunia ketika diluncurkan kembali pada November tahun lalu. Alat yang berbentuk chatbot ini dapat menjawab pertanyaan dengan cara percakapan dan membantu orang menghasilkan kode dengan berbagai jenis konten.
Saat ini ChatGPT sudah banyak diandalkan para siswa untuk menulis makalah mereka. Hal ini menjadi salah satu alasan yang membuat banyak sistem sekolah umum di AS melarang chatbot tersebut sepenuhnya.
Meski demikian, Chief Technology Officer OpenAI, Mira Murati percaya bahwa sekolah tidak perlu melarang ChatGPT. Murati percaya chatbot tersebut sebenarnya dapat bermanfaat bagi pembelajaran siswa.
Dalam wawancara dengan Time, Murati mengatakan bahwa ChatGPT berpotensi merevolusi cara belajar. Setiap orang memiliki latar belakang, cara belajar yang berbeda. "Dan pada dasarnya setiap orang mendapatkan kurikulum yang sama," ujarnya, dikutip dari neowin.net, Senin (6/2/2023).
Dengan alat seperti ChatGPT, orang dapat berkomunikasi tanpa henti dengan model untuk memahami konsep dengan cara yang sesuai tingkat pemahaman mereka. Hal itu memiliki potensi besar untuk membantu dunia pendidikan yang dipersonalisasi.
Ketika ditanya tentang reaksinya terkait pelarangan ChatGPT oleh sekolah, Murati mengatakan bahwa teknologi yang diciptakan perusahaannya bertujuan mendukung kecerdasan dan kemampuan umum dengan keandalan tinggi.
"Tetapi ketika membukanya untuk sebanyak mungkin orang dengan latar belakang dan keahlian domain yang berbeda, Anda pasti akan terkejut dengan hal-hal yang mereka lakukan dengan teknologi, baik secara positif maupun negatif," kata dia.
Murati menambahkan perlunya pengaturan kecerdasan buatan (AI), karena menurutnya hal itu bisa disalahgunakan atau digunakan oleh oknum. Dia menambahkan bahwa meskipun penting bagi OpenAI dan perusahaan serupa lainnya untuk memperkenalkan teknologi semacam itu kepada publik secara terkendali dan bertanggung jawab, mereka tetap membutuhkan bantuan dari regulator. Peran pembuat kebijakan dan pemerintah diharapkan dapat memastikan bahwa AI digunakan dengan benar.
Berita Terkait
- ChatGPT Ternyata Kesulitan Mengerjakan Soal Matematika, Ini Buktinya
- Google Segera Umumkan Pesaing ChatGPT?
- OpenAI Meluncurkan ChatGPT Plus, Seperti Apa?
- Erick Thohir ke Banjarmasin, BEDA Inisiasi Temu Suporter Klub Buat #JagainET untuk PSSI
- 10 Cara Menghilangkan Stres Saat Ini