-
Bareskrim Tolak Laporan Kasus Dugaan Pelanggaran Prokes oleh Jokowi
51 menit lalu -
Rupiah Tertekan Dolar AS ke Rp14.160/USD
45 menit lalu -
Kairus Sahel Mantan Pelatih Ellyas Pical Meninggal Dunia
42 menit lalu -
UU ITE Bisa Diubah dan Direvisi Jika Terdapat Pasal Karet
41 menit lalu -
Para Guru Mengenang Gus Muhdlor yang Bandel di Sekolah, Tetapi Selalu di Atas Rata-Rata
54 menit lalu -
Pendaftaran Kartu Prakerja Gelombang 12 Ditutup Hari Ini Pukul 12.00
52 menit lalu -
Irjen Fadil Imran: Pengabdian Fafsah dan Suprapto Sangat Luar Biasa
58 menit lalu -
Polisi Sita 80 Kepala Buaya yang Diimpor Secara Ilegal untuk Dijual di eBay
57 menit lalu -
Emma Watson Diisukan Pensiun, Kenang Lagi Potret Cantiknya
44 menit lalu -
Terima Vaksin untuk Atlet, Pebulu Tangkis Cantik Gloria Emanuelle Harap Dunia Olahraga Cepat Pulih
31 menit lalu -
Wawancara Eksklusif Wesley Gomes de Oliveira: Menjawab Rumor Arema FC dan Klarifikasi Nama
48 menit lalu -
Perdana Menteri Pertama Papua Nugini, Michael Somare Meninggal Dunia
39 menit lalu
ECDC: 3 Varian Mutasi Virus Sebabkan Lebih Banyak Infeksi

LONDON -- Tiga varian mutan virus corona yang muncul di Inggris, Afrika Selatan, dan Brasil menimbulkan risiko yang sangat tinggi di Eropa. Hal ini dikatakanPusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), Kamis (21/1).
Badan pengawas penyakit Eropa itu memperingatkan bahwa ketiga varian akan menyebabkan lebih banyak infeksi, pasien rawat inap, serta kematian COVID-19.
Varian-varian tersebut, yang mencakup mutasi atau perubahan pada bagian-bagian virus corona penyebab COVID-19 menjadikannya lebih menular. Menurut penilaian risiko ECDC, varian baru terdeteksi di banyak negara di Eropa dan sepertinya akan terus bertambah.
"Kami saat ini menyaksikan situasi epidemiologi yang memburuk di sejumlah daerah, di mana varian virus SARS-CoV-2 yang mudah menular menjadi terbukti," kata Direktur ECDC Andrea Ammon melalui pernyataan.
"Peningkatan jumlah infeksi akan menyebabkan tingkat pasien rawat inap dan kematian di segala kelompok usia lebih tinggi."
Penilaian itu menyebutkan bahwa negara-negara anggota Uni Eropa sebaiknya mempersiapkan sistem perawatan kesehatan mereka mengantisipasi lonjakan permintaan layanan.
Inggris dan sejumlah negara Uni Eropa telah menutup atau sedang mempertimbangkan menutup perbatasan dengan negara-negara lain dalam upaya membatasi penyebaran varian COVID-19 yang lebih menular.
Namun, Komisi Eropa berpendapat bahwa penutupan semacam itu dapat membahayakan pasar tunggal Uni Eropa.
ECDC mengimbau perjalanan nonesensial tidak dilakukan dan mendesak pemerintah Eropa agar mempercepat laju vaksinasi COVID-19 pada kelompok-kelompok berisiko tinggi, seperti kaum lansia dan petugas medis.
Ammon menambahkan bahwa perpaduan penjagaan jarak fisik, peningkatan pengawasan, kelanjutan pengambilan sampel, pelacakan kontak yang ketat serta karantina juga diperlukan agar pencegahan penyebaran varian baru COVID-19 efektif.
- Fauci: Angka Kasus Covid-19 di AS Mungkin akan Stabil
- Studi: Separuh Penyintas Covid-19 Masih Rentan Varian Afsel
- Mutasi Virus Corona Ditemukan di Jerman Selatan
- Relawan di Gunung Mas Temukan Bantuan Kedaluwarsa
- ECDC: 3 Varian Mutasi Virus Sebabkan Lebih Banyak Infeksi