-
Tilang Elektronik akan Diberlakukan di Seluruh Daerah
57 menit lalu -
Bukan Mars, Ilmuwan Usul Manusia Tinggal di Planet Ceres
52 menit lalu -
Kejagung Sebut Sudah Periksa 12 Saksi Korupsi ASABRI
59 menit lalu -
9 Syarat Penerima Vaksin dalam Program Vaksinasi Covid-19
56 menit lalu -
Joe Biden Pakai Jas Ralph Lauren Saat Dilantik, Ini Maknanya
36 menit lalu -
Dikarantina, Anggota BPD Abang Batal Dilantik
28 menit lalu -
Celine Evangelista Jawab Masalah dengan Stefan William, Oh Ternyata
49 menit lalu -
SAH! Serie A Dinobatkan Sebagai Liga Terbaik di Dunia
33 menit lalu -
KRL Lintas Tanah Abang Terhenti, Pemukiman di Dekat Stasiun Kebakaran
24 menit lalu -
Ayah Muda Ini "Banjir" Pujian Sholat Jumat Sambil Gendong Anak
55 menit lalu -
Kemendagri Siapkan Instruksi Menteri Soal Perpanjangan PPKM
44 menit lalu -
9 Gim Yang Layak Dimainkan Sepanjang 2021 : Beradu Grafis Gara-Gara Sony dan Microsoft
59 menit lalu
Epidemiolog: Pemerintah Harus Konsisten Pantau Prokes Warga

JAKARTA -- Pakar Epidemiologi dari Universitas Airlangga (Unair) Laura Navika Yamani mengatakan peningkatan kasus Covid-19 dipicu oleh beberapa kegiatan yaitu kegiatan kerumunan baik dari libur panjang maupun kerumunan Pilkada 2020 dan Habib Rizieq Shihab (HRS). Pemerintah harus memantau masyarakat secara konsisten dan ketat.
"Iya memang rata-rata harian kasus di Indonesia masih sekitar 4.000 kasus. Ini yang membuat fasilitas kesehatan menjadi penuh termasuk rumah sakit sampai antrean di IGD di beberapa tempat. Peningkatan ini terjadi karena banyak kegiatan berkerumun seperti saat libur panjang dan sebagainya," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (24/11).
Ia melanjutkan Indonesia belum aman karena belum dapat menurunkan kasus harian. Seharusnya hal ini menjadi fokus pemerintah untuk berusaha keras dalam pengendalian penyebaran kasus Covid-19.
Ia menambahkan potensi kerumunan atau pelanggaran protokol kesehatan harus diidentifikasi dan dicegah agar tidak meningkatkan kasus. Ini yang juga harus diketahui masyarakat kalau saat ini semua pihak sedang berjuang keras dengan pandemi Covid-19 yang bisa dikatakan belum terkendali di Indonesia.
"Sehingga protokol kesehatan menjadi wajib pada masa-masa sekarang ini dan bukan menjadi pilihan untuk melakukan 3M. Artinya, 3M harus diterapkan sepenuhnya dan jangan merasa sudah pakai masker kerumunan bisa dilakukan. Ini yang juga akan mempersulit penurunan kasus Covid-19," kata dia.
Sebelumnya, penularan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) di Indonesia masih terjadi, bahkan tembus 500 ribu per Senin (23/11). Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menganalisis, lonjakan kasus Covid-19 terjadi akibat beberapa momen dan peristiwa, termasuk libur panjang 28 Oktober-1 November lalu.
"Saya analisis, setiap sehabis libur panjang kemarin, apalagi sehabis demonstrasi, kemudian kerumunan-kerumunan lain termasuk pernikahan menambah kasus, sehingga tembus 500 ribuan," kata Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Slamet Budiarto saat dihubungi, Selasa (24/11).
Dia mengatakan, setiap kerumunan mengakibatkan kemungkinan besar kasus Covid-19, naik. Walau memakai masker wajah, masyarakat yang tetap berkumpul juga bisa tertular virus karena masker tidak 100 persen melindungi.
Dia menjelaskan, efektivitas masker bedah hanya 80-90 persen, sementara masker kain hanya 50-60 persen. "Artinya, masker tidak efektif ketika berkerumun," ujarnya.
Berita Terkait
- Libur Thanksgiving, 3 Juta Penumpang Lewat Bandara AS
- Inggris Perlonggar Karantina Bagi Pendatang dari Negara Lain
- Program Smart City di Depok Sudah Capai 75 Persen
- Vokasi UI Buat Aplikasi Konsultasi Pajak Gratis
- Bamsoet Ajak Generasi Muda Bangun Benteng Ideologi Bangsa