-
Salah Satu Korban Penembakan Bripka CS Dimakamkan di Bandarlampung
59 menit lalu -
Setelah Uji Coba Internal, PR Timnas Indonesia Proyeksi SEA Games 2021 Masih Seabrek
57 menit lalu -
Presiden Jokowi Dilaporkan ke Bareskrim, Bang Emrus Bereaksi Begini
49 menit lalu -
Modal Rp 50 Ribu, Acen Sukses Jadi Pengusaha Rumput Gandum
51 menit lalu -
Arteta Puji Leicester Jelang Bentrok dengan Arsenal
58 menit lalu -
Alasan Model Bugil Pilih Konsep Body Neutrality Ketimbang Body Positivity
57 menit lalu -
Sepertinya Ada Upaya Mengadu Antarmenteri di Kabinet Jokowi Lewat Kisruh Partai Demokrat
43 menit lalu -
Bukittinggi Catatkan Wali Kota Termuda Erman Safar
55 menit lalu -
Jelang Piala Menpora, Persebaya Kehilangan Irfan Jaya
52 menit lalu -
Fakta Vaksinasi Covid-19 DPR Tertutup, Buat Rakyat Terkaget-kaget
50 menit lalu -
Kompetisi Bola Voli Proliga 2021 Masih Tentatif, Tunggu Pandemi Covid-19 Mereda
43 menit lalu -
Pencinta Kopi Merapat! Disbudpar Aceh Gelar Festival Kopi Kutaraja
41 menit lalu
Erick Thohir Pelototi Manajemen Risiko BUMN yang di Luar Negeri

JAKARTA - Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tetap melakukan pendekatan baru dalam mengelola ketidakpastian atau ancaman terhadap perseroan. Manajemen risiko khususnya berkaitan dengan kebijakan negara mitra yang dinilai masih berpengaruh terhadap eksistensi perseroan negara.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, kebijakan luar negeri tetap bersifat proteksi terhadap produk-produk atau kepentingan perusahaan di negara setempat. Dalam konteks ini, perlindungan terhadap perusahaan negara pun harus menjadi prioritas pemerintah.
Baca Juga: Erick Thohir Sebut BUMN Masih Butuh Dana Segar
"Manajemen risiko, tidak kalah penting karena kalau kita lihat kebijakan dari masing-masing negara agak proteksi dan mengakibatkan terjadi kebijakan di negara tersebut, bisa berdampak pada bisnis di kita (BUMN)," ujar Erick dikutip Jumat (22/1/2021).
Dia mencontohkan, upaya produksi paracetamol dari kerjasama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Meski Subholding Refinery and Petrochemical dari PT Pertamina (Persero) dan Kimia Farma akan memulai memproduksi obat analgesik dan antipiretik itu, penyediaan bahan baku akan masih diimpor pemerintah.
Karenanya, metodologi untuk mengantisipasi dampak buruk akan dirumuskan secara komprehensif oleh Kementerian BUMN.
Baca Juga: Erick Thohir Hapus Pelan-Pelan Persepsi BUMN Kuasai Banyak Proyek
"Kita misalnya sudah bisa mulai produksi paracetamol, tetapi bahan bakunya masih impor, nah ini kebijakan dari negara lain ini yang mungkin juga manajemen risiko harus lihat secara detail, ada hal-hal yang perlu kita antisipasi ke depan," kata dia.
Di sisi lain, Mantan Bos Inter Milan itu tetap memaksimalkan kontribusi BUMN untuk pertumbuhan perekonomian nasional. Skema itu bisa berupa dukungan kepada keuangan negara dalam bentuk dividen atau pun dukungan kepada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).