-
Rio Ferdinand: Frank Lampard Harusnya Diberi Waktu Lagi
52 menit lalu -
Nyaris Berkelahi dengan Wasit, Antonio Conte Diskors Dua Laga
47 menit lalu -
Pigai Jadi Korban Rasisme, Politikus NasDem Komentari Foto Jokowi Bersama Pelaku
58 menit lalu -
Wabup-Kapolres Merangin Tabur Benih Ikan di Lubuk Larangan
55 menit lalu -
Pembunuh Ibu Kandung di Prabumulih Berhasil Ditangkap Polisi
58 menit lalu -
Optimistisme Menparekraf Sandiaga Uno Tahun Ini Jadi Pemulihan Ekonomi Kreatif Global
52 menit lalu -
Krisis Finansial Tak Pengaruhi Mental Para Pemain Barcelona
39 menit lalu -
Pamitan ke Fakhri Husaini, Bagus Kahfi Berangkat ke Belanda Malam Ini
38 menit lalu -
Liga Inggris: Terbuang dari Manchester United, Jesse Lingard Dilirik West Ham United
38 menit lalu -
Jampidsus tak Hanya Fokus pada Pemidanaan di Kasus Asabri
18 menit lalu -
Berawal dari 3 Karyawan, William Lei Ding Kini Punya Harta Rp 533 Triliun
53 menit lalu -
DNA Juara Marc Marquez Tak Akan Hilang karena Cedera
52 menit lalu
Giliran China Kritik Paus Soal Uighur

BEIJING -- China mengkritik Paus Fransiskus atas sebuah bagian dalam buku barunya, Selasa (24/11). Paus menyebutkan penderitaan yang dirasakan kelompok minoritas Muslim Uighur di China.
Juru bicara kementerian luar negeri China, Zhao Lijian mengatakan, pernyataan Fransiskus tidak memiliki dasar faktual sama sekali. "Orang-orang dari semua kelompok etnis menikmati hak penuh untuk bertahan hidup, berkembang, dan kebebasan berkeyakinan," kata Zhao dalam briefing harian, dilansir di Channel News Asia, Selasa.
Zhao tidak menyebutkan kamp-kamp tempat lebih dari satu juta orang Uighur, dan anggota kelompok minoritas Muslim China lainnya yang ditahan. Sementara itu, Amerika Serikat (AS) dan pemerintah lainnya, bersama dengan kelompok hak asasi manusia, mengatakan fasilitas seperti penjara itu dimaksudkan untuk memisahkan Muslim dari agama, dan warisan budaya.
Itu memaksa mereka untuk menyatakan kesetiaan kepada Partai Komunis, dan pemimpinnya, Xi Jinping. China awalnya menyangkal keberadaan fasilitas tersebut. Namun sekarang menyatakan kamp itu merupakan pusat yang dimaksudkan untuk memberikan pelatihan kerja, mencegah terorisme, dan ekstremisme agama secara sukarela.
Dalam buku barunya Let Us Dream, Fransiskus mencantumkan Uighur malang. Paus menyebut Uighur merupakan contoh di antara kelompok yang dianiaya karena iman mereka.
Fransiskus menulis tentang perlunya melihat dunia dari sekitar dan pinggiran masyarakat. "Ke tempat-tempat dosa dan kesengsaraan, pengucilan dan penderitaan, penyakit dan kesendirian" tulisnya.
Di tempat-tempat penderitaan seperti itu, "Saya sering memikirkan orang-orang yang teraniaya: Rohingya, Uighur yang malang, Yazidi apa yang ISIS lakukan kepada mereka benar-benar kejam atau orang Kristen di Mesir dan Pakistan dibunuh dengan bom yang meledak saat mereka berdoa di gereja," tulis Paus.
Di samping itu, Paus menolak untuk memanggil China atas tindakan kerasnya terhadap minoritas agama, termasuk Katolik, yang membuat cemas pemerintahan Presiden AS, Donald Trump dan kelompok hak asasi manusia. Vatikan bulan lalu memperbarui perjanjian kontroversialnya dengan Beijing tentang pencalonan uskup Katolik, dan Paus Fransiskus berhati-hati untuk tidak mengatakan atau melakukan apa pun yang menyinggung pemerintah China tentang masalah itu.
Di sisi lain, China dan Vatikan tidak memiliki hubungan formal sejak Partai Komunis memutuskan hubungan, dan menangkap pemuka agama Katolik segera setelah merebut kekuasaan pada 1949.
Berita Terkait
- Ekonomi RI Diklaim Salah Satu yang Terbaik Setelah China
- China Usulkan Mekanisme Global Perjalanan Internasional
- Menlu China Kunjungi Jepang di Tengah Ketegangan Kawasan
- 62 Orang Dilatih Jadi Vaksinator di Kota Bekasi
- Pertamina-Tokopedia Beri Tips Sukses Jualan di Marketplace