-
Suap Fatwa MA Djoko Tjandra, Eks Politikus Nasdem Andi Irfan Jaya Divonis 6 Tahun Penjara
38 menit lalu -
Pemerintah Bakal Gandeng Unilever Distribusikan Vaksin Covid-19
59 menit lalu -
Diperiksa KPK, Gubernur Bengkulu Dicecar soal Kewenangan Perizinan Ekspor Benur
48 menit lalu -
Vaksinasi Perdana di Pessel, Bupati dan Kapolres Tidak Ikut Divaksin Hari Ini
45 menit lalu -
Stefano Pioli Mulai Terbiasa Skuat AC Milan Tidak Komplet
53 menit lalu -
Kisah Miliarder Negeri Jiran Tan Eng Kee, Anak Sopir Taksi Berharta Rp 15,5 Triliun
50 menit lalu -
Kenapa Sejumlah Korban Banjir Kalsel Memilih Mengungsi di Tenda Terpal?
48 menit lalu -
Analis Optimistis Sektor Otomotif Pulih pada 2021, Ini Alasannya
50 menit lalu -
Perhatian! Gempa Bakal Guncang Kantor Kemenkumham Rabu Ini
44 menit lalu -
Ekonomi Membaik, Laju Impor Bakal Lebih Kencang dari Ekspor
41 menit lalu -
Peduli Bencana Sumedang, Pegadaian Salurkan Sembako dan Perlengkapan Ibadah
41 menit lalu -
Imbang Lawan Liverpool, Fans MU Sebut Rashford Seperti Legenda AC Milan
50 menit lalu
0
Guru SMKN Abang Terbitkan 'Mulih'

Kumpulan cerpen berbahasa Bali ini merupakan buku keempat karya runner up pemenang Sayembara Penulisan Bahan Bacaan Literasi Tingkat Dasar yang digelar Balai Bahasa Bali tahun 2018 ini. Ada 12 kisah yang disajikan, termasuk dengan tema Covid-19.
Nyoman Agus Sudipta mengatakan, Mulih dikerjakan hampir selama satu tahun. Kecintaannya menulis untuk turut serta melestarikan sastra Bali modern agar Bahasa Bali tetap ajeg. Penerima penghargaan Gerip Maurip dari Pustaka Ekspresi ini berharap karya terbarunya mendapat apresiasi dari pecinta sastra. "Saya menyajikan 12 cerpen dalam kumpulan buku ini. Tak terkecuali bertemakan Covid-19, orang dalam pemantauan tidak diizinkan pulang kampung. Ada pula bertemakan pemilu," ungkap Agus Sudipta, Kamis (19/11).
Kedua belas cerpen yang disajikan yakni Drowaka, Enten, Luh, Mulih, Nyen, Nyilih, Nyoblos, ODHA, PMI, Reuni, Sepatu, dan Termos. Drowaka misalnya, mengisahkan seorang ibu yang telah ditinggal mati suaminya, tidak punya anak laki. Maka anak laki-laki tirinya berencana mengembalikan ibu tirinya ke rumah bajang agar seluruh kekayaan warisan sang ayah bisa dikuasai. Sementara Mulih mengisahkan seorang pekerja tidak bisa pulang saat Hari Raya Nyepi karena berstatus ODP (orang dalam pengawasan). "Ini kisah sehari-hari yang mencerminkan situasi sosial di masyarakat," guru kelahiran 29 September 1984 ini.
Selain menulis sastra, Nyoman Agus Sudipta juga aktif sebagai Ketua Redaksi Majalah Mawiguna Amlapura, Majalah Buratwangi, Sanggar Kata, Suara Saking Bali, dan ikut di Komunitas Literasi Karangasemu. Mantan montir ini juga sering diundang sebagai juri lomba sastra Bali yang digelar di Karangasem terutama saat bulan bahasa atau lomba-lomba yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Karangasem. Karya-karyanya berupa cerpen dan puisi sering dimuat di media cetak. *k16
Nyoman Agus Sudipta mengatakan, Mulih dikerjakan hampir selama satu tahun. Kecintaannya menulis untuk turut serta melestarikan sastra Bali modern agar Bahasa Bali tetap ajeg. Penerima penghargaan Gerip Maurip dari Pustaka Ekspresi ini berharap karya terbarunya mendapat apresiasi dari pecinta sastra. "Saya menyajikan 12 cerpen dalam kumpulan buku ini. Tak terkecuali bertemakan Covid-19, orang dalam pemantauan tidak diizinkan pulang kampung. Ada pula bertemakan pemilu," ungkap Agus Sudipta, Kamis (19/11).
Kedua belas cerpen yang disajikan yakni Drowaka, Enten, Luh, Mulih, Nyen, Nyilih, Nyoblos, ODHA, PMI, Reuni, Sepatu, dan Termos. Drowaka misalnya, mengisahkan seorang ibu yang telah ditinggal mati suaminya, tidak punya anak laki. Maka anak laki-laki tirinya berencana mengembalikan ibu tirinya ke rumah bajang agar seluruh kekayaan warisan sang ayah bisa dikuasai. Sementara Mulih mengisahkan seorang pekerja tidak bisa pulang saat Hari Raya Nyepi karena berstatus ODP (orang dalam pengawasan). "Ini kisah sehari-hari yang mencerminkan situasi sosial di masyarakat," guru kelahiran 29 September 1984 ini.
Selain menulis sastra, Nyoman Agus Sudipta juga aktif sebagai Ketua Redaksi Majalah Mawiguna Amlapura, Majalah Buratwangi, Sanggar Kata, Suara Saking Bali, dan ikut di Komunitas Literasi Karangasemu. Mantan montir ini juga sering diundang sebagai juri lomba sastra Bali yang digelar di Karangasem terutama saat bulan bahasa atau lomba-lomba yang digelar Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Karangasem. Karya-karyanya berupa cerpen dan puisi sering dimuat di media cetak. *k16
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali