-
Piala AFF U-16 2022: Timnas Indonesia U-16 Juara, Media Vietnam Sebut Indonesia Tinggalkan Citra Buruk sebagai Tuan Rumah
40 menit lalu -
Kejuaraan Dunia 2022: Ini Pemain yang Diwaspadai Kento Momota
52 menit lalu -
4 Pesepak Bola Top Indonesia Berdarah Batak, Nomor 1 Andalan Persija Jakarta
54 menit lalu -
Franco Morbidelli Sebut Perburuan Gelar Juara MotoGP 2022 Luar Biasa Sengit
22 menit lalu -
Mendadak Curhat, Sule Bahas Soal Keluarga Dengan Aziz Gagap
43 menit lalu -
Jika Kuota Pertalite Jebol, Subsidi BBM Bakal Tembus Rp600 Triliun
42 menit lalu -
Indef Dukung Kementan Perkuat Pangan Bahan Baku Lokal
35 menit lalu -
DPD Demokrat NTB: Jangan Sampai Kegaduhan DAK Berlanjut, Aparat Hukum Harus Usut Tuntas
44 menit lalu -
Perajin Batujai Tolak Tawaran Kerja Sama dengan Hotel, Alasannya Jangan Dipandang Sebelah Mata
48 menit lalu -
Tolak Teriakkan Slogan Partai Islam Radikal, Anggota Ahmadiyah Pakistan Ditikam hingga Tewas
39 menit lalu -
Legenda Arsenal Ultimatum Mikel Arteta, Jika Gagal Finis 4 Besar, Silakan Pergi!
26 menit lalu -
Prabowo Bilang Punya Cita-Cita yang Sama dengan Jokowi
24 menit lalu
Harga Komoditi Sawit Anjlok, Petani di Pesisir Selatan Menjerit

Covesia.com--Harga komoditi kelapa sawit di beberapa kecamatan di Pesisir Selatan, Sumatera Barat (Sumbar) anjlok sejak dua bulan ini, para petani didaerah tersebut menjerit.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Covesia.com, anjloknya harga komoditi kelapa sawit di daerah tersebut sudah terjadi semenjak 2 bulan lalu. Dimana, harga sawit turun dan menukik tajam dari harga Rp2000 perkilogram menjadi Rp250-350 perkilogramnya.
"Parah, harganya turun drastis dari harga Rp2000 perkilogram menjadi Rp250-350 perkilo,"kata seorang petani di Kecamatan Sutera Pessel, Darul (43) pada Covesia.com Kamis (29/6/2022).
Untuk saat ini, ucap Darul, harganya mulai merangkak naik dari Rp250 menjadi Rp400 perkilogramnya, dan harga itu terjadi baru beberapa hari ini.
"Memang sekarang harganya sudah Rp400 perkilo. Tapi kami petani cukup kesulitan jika kondisi ini bertahan terus menerus,"ucapnya.
Karena dengan harga segitu, sambung Darul, tidak akan memenuhi kebutuhan sehari-harinya bersama keluarga, ditambah lagi sekarang beberapa bahan pokok harganya melambung tinggi.
"Pendapat kita petani saat ini, berbanding terbalik dengan kebutuhan kita. Apa-apa yang ingin dibeli serba mahal seperti cabai, bawang dan lain-lainnya. Sehingga kami sangat kesulitan dalam mengontrol keuangan kami, ditambah lagi harga pupuk juga mahal, "keluhnya.
Kendati demikian, ia selaku petani berharap kondisi seperti ini cepat berlalu dan pemerintah daerah bisa mencarikan solusinya.
"Harapan kami pemerintah bisa mencarikan solusi terkait anjloknya harga komoditi kelapa sawit ini. Jika tidak, berkemungkinan lahan yang kami miliki bisa tidak terurus karena hasil panen hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari saja,"harapnya.
Terkait kondisi itu, Wali Nagari Koto Nan Tigo Selatan Surantih, Mawardi mengungkapkan, sejak anjloknya harga komoditi kelapa sawit didaerahnya, cukup banyak masyarakat mengeluh kepada dirinya selaku pemerintah terendah.
Parahnya, bahkan ada beberapa orang petani yang meminta-minta dicarikan bantuan pupuk ke pemerintah nagari untuk mengatasi persoalan itu.
Karena, kata Mawardi, para petani sudah sangat kesulitan akibat anjloknya harga kelapa sawit, terutama untuk perawatan kebunnya seperti pemberian pupuk.
"Kita berharap kondisi ini tidak terjadi terlalu lama. Karena petani sudah kesulitan. Sebab, hasil panennya tidak mampu mengcover kebutuhan sehari-hari dan biaya perawatan kebunnya,"sebut Mawardi
Ia menambahkan, tidak hanya harga komoditi kelapa sawit saja harganya turun, tetapi beberapa komoditi lain juga mengalami penurunan harga. Diantaranya, seperti getah gambir dan buah pinang.
"Gambir harganya juga murah sejak satu pekan ini dari harga Rp25 ribu perkilo menjadi Rp20 ribu perkilo, dan harga buah pinang kering yang biasanya Rp18 ribu perkilo sekarang menjadi Rp8 ribu perkilogramnya,"tutupnya.
Selain itu, keluhan serupa akibat murahnya harga komoditi kelapa sawit juga disampaikan seorang petani di Kecamatan Lengayang, Erman (41), dimana harga kelapa sawit ditempatnya Rp350 perkilogram dan harga itu sudah berlangsung sejak 1 bulan ini.
"Sudah satu bulan ini harganya Rp350, parahnya ada yang sampai Rp250 perkilogram,"katanya.
Sementara itu lanjutnya, harga beberapa bahan pokok seperti cabai, bawang dan pupuk harganya melambung tinggi. Sehingga, dengan kondisi saat ini dirinya cukup kewalahan dalam mengatur keuangan keluarganya.
"Cabai Rp100 ribu perkilo, bawang merah Rp50 perkilogram belum lagi pupuk. Sementara, pendapatan kami dari hasil panen cukup jauh berkurang akibat harga sawit anjlok"ucapnya.
Lanjutnya, selaku petani kecil yang tidak memiliki lahan yang cukup luas, ia berharap kondisi ini tidak bertahan lama dan pemerintah bisa mencarikan solusi terkait kondisi sekarang ini.
"Ya, kita petani kecil hanya bisa berharap, berharap kepada pemerintah daerah untuk bisa mencarikan solusinya. Baik terkait harga sawit maupun harga pupuk yang kini masih mahal,"tutupnya.
Seperti diketahui, berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Pesisir Selatan, untuk luas total area tanaman sawit di Pessel tercatat pada tahun 2020, luasnya mencapai 41.938 hektare.
Dari luas itu, Silaut salah satu kecamatan di Pessel, yang memiliki area perkebunan paling luas yaitu mencapai 8.587 hektare.
Setelah itu, Kecamatan Lunang luas area tanaman sawitnya mencapai 6.378 hektare dan Kecamatan Airpura yang mencapai 5.627 hektare.
Kemudian, Kecamatan Pancung Soal 5.095 hektare, Kecamatan Ranah Ampek Hulu Tapan seluas 4.664 hektare.
Selanjutnya, Kecamatan Lengayang luas area tanaman sawitnya mencapai 3.832 hektare, Kecamatan Linggo Sari Baganti 2.846 hektare, dan Kecamatan Ranah Pesisir 1.988 hektare.
Seterusnya Kecamatan Basa Ampek Balai Tapan 1.541 hektare dan Kecamatan Sutera 1.208 hektare. Sementara Kecamatan Koto XI Tarusan hanya 70 hektare, Kecamatan IV Jurai 61 hektare, dan Kecamatan Bayang 22 hektare.
(ind)