-
BREAKING! Akhirnya AC Milan Punya Pemain Baru, Divock Origi Namanya
43 menit lalu -
Pesan Khusus Menteri Nadiem untuk Alumni MBKM, Mahasiswa Perlu Tahu
57 menit lalu -
Sapi Kurban Presiden Jokowi Berbobot 1.027 Kilogram akan Dipotong di Mamuju
28 menit lalu -
50 Ribu Kendaraan Daftar MyPertamina, Anda Sudah Belum?
44 menit lalu -
Jelang Laga Kontra Arema FC, Sergio Sebut Performa PSIS Semarang Stabil
50 menit lalu -
Kabar Terbaru Laporan KontraS soal Dugaan Malaadministrasi Penujukan Pj Kepala Daerah
30 menit lalu -
Soal Kerusuhan di Babarsari, Sri Sultan HB X: Tindak Saja Mereka yang Melanggar Pidana
45 menit lalu -
Sunarso Sebut Erick Thohir Membawa Pencapaian Positif bagi BRI
59 menit lalu -
Ribuan Honorer Daerah Ini Jangan Cemas, Tak Jadi PPPK, Disiapkan Opsi Lain
30 menit lalu -
Inter Milan Mulai Tak Senang dengan Sikap Hakan Calhanoglu
21 menit lalu -
WN Ditemukan Tak Bernyawa di Rumah, Kondisi Anggota Polri Itu Sangat Mengenaskan
30 menit lalu -
Mikel Arteta Semringah Kerja Sama dengan Gabriel Jesus Lagi
34 menit lalu
Harus Hati-Hati Mengeluarkan Fatwa, TGB: Obat Saja Harus Ada BBPOM

KEBUMEN - Kontribusi alumni Universitas Al Azhar di tengah bangsa cukup strategis. Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia TGB HM Zainul Majdi dalam silaturahim dengan OIAA Jawa Tengah (Jateng) di Kabupaten Kebumen menyinggung soal orang yang mudah mengeluarkan fatwa.
"Obat saja ada BPPOM (pengawas obat). Mana obat yang boleh dan tak boleh ditarik dari pasaran. Kalau alumni (Al Azhar) yang bicara bisa lebih diterima," katanya, Minggu (15/5/2022) di Pondok Pesantren Al Istiqomah (Yapika).
Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI) ini pun mendukung bila kemudian pemerintah mengeluarkan regulasi terkait dengan sertifikasi penceramah. Alumni Al Azhar diminta konsisten mengingatkan bila ada fatwa yang memicu perpecahan dan membuat satu sama lain menjauh.
"Kalau yang disampaikan oleh pemerintah mendapat penolakan. Maka tugas kita menjelaskan ke publik, karena akan lebih bisa diterima," sambungnya.
Baca juga: Cerita Warga Berau Menunggu Kedatangan TGB Selama 9 Tahun
TGB menyebut, tentang dorongan untuk terus membaca kitab dan menyuarakannya, harus pula disesuaikan dengan kondisi. Tak serta-merta segala hal yang tertuang di dalam kitab kemudian difatwakan.
Dicontohkan, ketika ada ulama di Timur Tengah menulis kitab, mengkritik individu atau kelompok yang memojokkan Islam, fatwa yang disampaikan oleh ulama ini keras dan lugas terhadap para pencaci Islam.
"Fatwa ulama yang keras ini kemudian difatwakan di Indonesia jelas tak tepat. Karena ada di dalam situasi negara yang damai. Ini memberikan fatwa tanpa melihat konteks, ini tak tepat," urainya.
Terakhir, peraih Bintang Mahaputra Utama ini menegaskan terkait pemikiran ekstrem yang muncul di tengah masyarakat. Ulama di Univeristas Al Azhar telah memberi contoh cara memberikan respons dan mereduksi pemikiran ini.
"Alumni Universitas Al Azhar harus mempereteli pemikiran ekstrem yang tumbuh dan berkembang di sekitar kita," tegasnya.