-
Link Live Streaming Vision+ Timnas Indonesia U-24 vs Timnas Taiwan U-24 di Asian Games 2023, Klik di Sini!
52 menit lalu -
Cara Daftar Seleksi CPNS PPPK 2023 Lewat Portal SSCASN BKN
37 menit lalu -
KPK Cecar Irwan Mussry soal Aliran Uang ke Eko Darmanto
49 menit lalu -
Mengandalkan Teknologi Artificial Intelligence untuk Konservasi
36 menit lalu -
Pengusaha Ngadu ke Menkop Teten soal Produk Impor Ilegal di e-Commerce
57 menit lalu -
Menteri ESDM Sebut Gas Bumi Jadi Jembatan Penerapan EBT
47 menit lalu -
Melalui Lomba Masak, Kajol Dukung Ganjar Tingkatkan Jiwa Wirausaha Pengemudi Ojol di Bogor
41 menit lalu -
Bacakan Pleidoi, Lukas Enembe Minta Maaf karena Sering Tersulut Emosi
55 menit lalu -
Tawuran di Johar Baru Jakpus, Dua Orang Kena Air Keras
40 menit lalu -
Rekonstruksi Pascagempa Maroko Akan Habiskan Dana Rp180 Triliun
49 menit lalu -
Duh, Warung & Toko di Ponorogo Masih Banyak Menjual Rokok Ilegal Tanpa Cukai
36 menit lalu -
Festival LIKE 2023, Upaya Pemerintah dan Industri Wujudkan Lingkungan Berkualitas
45 menit lalu
Hasto Kristiyanto Luncurkan Buku Geopolitik Soekarno, Guru Besar Unhan Harap Jadi Referensi

JAKARTA - Guru Besar Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Prof. Dr Ir. Purnomo Yusgiantoro menilai Buku Geopolitik Soekarno Karya Hasto Kristiyanto bisa menjadi referensi dalam sejumlah hal.
Diketahui Hasto yang juga Doktor Ilmu Pertahanan sekaligus Sekjen PDI Perjuangan itu meluncurkan buku Geopolitik Soekarno dengan judul 'Progressive Geopolitical Coexistence' yang merupakan disertasinya berjudul 'Diskursus Pemikiran Geopolitik Soekarno dan Relevansinya terhadap Pertahanan Negara' di Gedung Lemhannas, Kebon Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (20/5/2023). Adapun peluncuran buku bersamaan dengan 57 buku lainnya dalam rangka Hari Jadi Lemhannas ke-58.
"Saya berharap buku ini dapat digunakan sebagai referensi apakah itu tatanan strategis, taktis, operasional. Buku ini benar-benar sangat bermanfaat," kata Purnomo.
"Hasto seorang praktisi menekuni benar ajaran Bung Karno ini. Hasto melihat perspektif ajaran Bung Karno ini dari dua perspektif: eksternal (tata pergaulan internasional) dan internal yang terkait dengan falsafah bangsa ini dan trilogi pembangunan maka itulah disebut coexistence, hal yang sifatnya seimbang," tambahnya.
Purnomo menyebut dalam tata pergaulan internasional, Bung Karno menginginkan kesejajaran antara negara maju dan negara berkembang demikian juga yang ada di dalam negeri. Lalu progressive-nya adalah saat ini geopolitik Soekarno ini sudah menjadi geopolitik Indonesia dan itulah wawasan nusantara.
"Cara pandang kita untuk melihat diri kita sendiri dan melihat lingkungan kita dalam tata pergaulan internasional yaitu coexistence. Itulah wawasan nusantara dan geopolitik Indonesia yang diajarkan di Lemhannas," ucapnya.
Purnomo menjelaskan dalam penelitiannya, Hasto menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang luar biasa. Data yang dipakai hampir ribuan orang.