-
Suporter Tuduh Erick Thohir Tidak Jujur soal Alasan FIFA Coret Indonesia
54 menit lalu -
Dua ASN Pemprov Kepri Ditangkap Polisi, Salah Satunya Ternyata Anak Mantan Gubernur
43 menit lalu -
Marselino Ferdinan Debut sebagai Starter, KMSK Deinze Menang Telak 5-0
47 menit lalu -
Danlantamal IX Gelar Syukuran dan Tradisi Kenaikan Pangkat Prajurit dan PNS
29 menit lalu -
Berbagai Cara Menyantap Baguette, Roti Khas Perancis yang Berukuran Panjang
52 menit lalu -
Penahanan Pendiri KSP Indosurya Hambat Proses Homologasi
35 menit lalu -
PSS Datang Bertamu, Pelatih PSIS: Ini Peluang Kami Meraih Tiga Poin
34 menit lalu -
Hasil Kualifikasi MotoGP Argentina: Alex Marquez Mengejutkan
47 menit lalu -
Badaruddin Hilang Terseret Arus Sungai Ameroro Konawe
36 menit lalu -
Indonesia Disebut Terancam Bakal Kehilangan 39 Medali Emas di SEA Games 2023, Ketua KOI Enggan Pesimis
22 menit lalu -
Mak Ganjar Dukung Kemajuan Usaha Kue Kering di Kabupaten Gresik
38 menit lalu -
Profil Gianni Infantino, Bos Besar FIFA yang Putuskan Indonesia Batal jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20
22 menit lalu
Ini Pemicu Pergerakan Tanah di Aceh

BANDA ACEH---Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh menyatakan bahwa fenomena pergerakan tanah yang terjadi di kawasan lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar karena adanya jenis batuan berupa lapisan satuan tuf. "Di situ (Seulawah) memang kondisi tanahnya ada lapisan satuan tuf, yaitu batuan hasil letusan formasi gunung berapi Lamteuba," kata Kepala Dinas ESDM Aceh Mahdinur.
Sebelumnya, tanah di Desa Suka Damai, Lembah Seulawah Kabupaten Aceh Besar mengalami pergeseran sejak sepekan terakhir, dan kondisinya semakin meluas hingga saat ini sudah mencapai kedalaman 1,3 meter.
Untuk mengetahui penyebabnya, Dinas ESDM Aceh telah melakukan peninjauan, penyelidikan, pengamatan dan analisis bersama tim geologi pada di lintasan badan jalan nasional Km 80-81 di lembah Seulawah itu hingga sudah diketahui permasalahannya.
Mahdinur menyampaikan, batuan dalam satuan tuf tersebut lebih cepat mengalami swelling (mengembang) atau tingkat pengembangan yang tinggi. Sehingga, saat berada pada situasi hujan deras maka tanah di sana akan labil. "Kemudian saat curah hujan tinggi maka tingkat lempengan juga tinggi, sehingga ada akumulasi air dan menjadi beban, maka dari situ berpotensi terjadinya longsor," ujarnya.
Apalagi, lanjut Mahdinur, kawasan tersebut setiap harinya juga dilewati mobil pengangkutan dengan beban tinggi, dan kondisi itu juga mempengaruhi terjadinya pergerakan tanah.
Kata Mahdinur, pergerakan tanah di sana akan kembali terjadi jika terus diguyur hujan deras, dan tidak akan berhenti sampai dia menemukan titik keseimbangan.
Namun, untuk titik akhirnya sampai di mana sejauh ini belum diketahui, maka perlu segera dilakukan kajian secara mendalam sampai ditemukan solusi konkrit mengatasi peristiwa ini. "Memang bisa saja ditimbun, tetapi dikhawatirkan bisa berulang kembali, jadi tidak tuntas. Maka perlu dikaji secara akademis dan mendetail untuk bisa ditangani secara baik," demikian Mahdinur.
Berita Terkait
- Sistem Pendataan yang Baik Atasi Potensi Konflik Pertanahan
- Luncurkan Kota Lengkap, Hadi Tjahjanto Percepat PTSL
- Buronan Empat Tahun, Mantan Panglima GAM Tiba di KPK
- Kadar Kolesterol Tinggi Bisa Tercermin di Mata, Arcus Senilis Jadi Tandanya
- Ini Pemicu Pergerakan Tanah di Aceh