-
With Temporary Status for Venezuelans, Biden Administration Turns to Familiar Tool
51 menit lalu -
Prediksi: Arsenal vs Tottenham Hotspur
38 menit lalu -
Persebaya Surabaya vs Arema FC: Singo Edan Optimis Putus Catatan Negatif
44 menit lalu -
Jokowi soal Aturan TikTok Shop: Mestinya Itu Sosmed Bukan Ekonomi Media
52 menit lalu -
Lip Tint Terbaik: Peptide Lip Tint dari Hailey Bieber Rhode Ampuh Rawat Bibir
30 menit lalu -
Kisah Pelatih Timnas Taiwan U-24, Menangis Usai Menang 1-0 atas Timnas Indonesia U-24 di Asian Games 2023
40 menit lalu -
DPD RI Tawarkan Lima Proposal Kenegaraan
40 menit lalu -
Timnas U-24 Indonesia Mau Tak Mau Harus Hantam Korut
30 menit lalu -
Prediksi: Paris Saint-Germain vs Olympique Marseille
32 menit lalu -
Gunung Berapi Bergolak, Ibu Kota Filipina Tertutup Kabut Asap dan Gas Vulkanis
35 menit lalu -
Masyarakat Diminta Waspadai Berita Hoaks soal Rempang di Medsos
47 menit lalu -
Prediksi: Bologna vs Napoli
35 menit lalu
Intip Rahasia Dapur APBN 2024 Jokowi yang Diungkap Sri Mulyani, Penerimaan Negara Rp2.865 Triliun!
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani membocorkan postur awal makro fiskal Indonesia di 2024 yang akan difinalisasikan dan disampaikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di tanggal 16 Agustus mendatang. APBN, sebut dia, akan menjadi instrumen untuk mempercepat transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
"Pendapatan negara ditargetkan di kisaran 11,81-12,38% dari PDB, atau secara nominal Rp2.719,1 triliun hingga Rp2.865,3 triliun," ungkap Sri dalam Rapat Kerja Banggar DPR RI dengan pemerintah di Jakarta, Selasa (30/5/2023).
Pendapatan ini terdiri dari penerimaan perpajakan di rentang 9,91-10,18% dari PDB, atau secara nominal di Rp2.280,3 triliun hingga Rp2.355,8 triliun. Ini disusul dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) di rentang 1,90-2,18% dari PDB, atau di kisaran Rp436,5 triliun hingga Rp504,9 triliun. Kemudian hibah di rentang 0,01-0,02% PDB atau di kisaran Rp2,3 triliun hingga Rp4,6 triliun.
"Untuk belanja negara tahun depan di kisaran 13,97-15,01% dari PDB, atau di kisaran Rp3.215,7 triliun hingga Rp3.476,2 triliun. Ini terdiri dari belanja pemerintah pusat 10,43-11,37% dari PDB, atau secara nominal Rp2.400,7 triliun hingga Rp2.631,2 triliun, yang juga mencakup untuk belanja Pemilu tahun depan cukup dominan, baik Pilkada dan pemilihan legislasi," jelas Sri.
Ditambah dengan Transfer ke Daerah (TKD) di kisaran 3,54-3,65% dari PDB, dengan rentang Rp815 triliun hingga Rp845 triliun. Keseimbangan primer tahun depan diusahakan mendekati balance di rentang 0,003-0,43% PDB, atau di Rp0,64 triliun hingga Rp0,43 triliun. Sehingga ini makin memperkuat dan menyehatkan APBN Indonesia.
"Tren ini perlu kita jaga, karena ketidakpastian ke depan akan membutuhkan APBN siap siaga menghadapi berbagai gejolak," terang Sri.