-
Sebaran Kasus Covid-19 di Indonesia Hari Ini, Jakarta Terbanyak
43 menit lalu -
Kejari Jelaskan Kronologi Kasus Dugaan Korupsi Dana Hibah di Sleman
13 menit lalu -
TNI-Polri Gandeng Warga hingga Pendeta Evakuasi Pilot Susi Air
49 menit lalu -
Klasemen Liga 1 2022 Setelah Arema Bekuk Rans FC: Debut Putu Gede Sempurna, Jan Olde Fantastis
35 menit lalu -
Beraksi di Rumah Kosong, Dua Maling Bersenjata Api Diamankan Polisi
51 menit lalu -
KPK Sebut Lukas Enembe Perintahkan Tukang Cukur untuk ke Singapura
44 menit lalu -
Ngucur Mas Ala Aipda Mohadi, Dengarkan Curhatan Warga Sambil Seruput Kopi Gratis
43 menit lalu -
Polisi Selidiki Penyebab Kebakaran Hebat di Pabrik Kasur PT Gratec Jaya Indonesia Bogor
33 menit lalu -
Kajol Indonesia Dukung Ganjar Beri Bantuan BPJS dan Oli Murah Untuk Diver Ojol di Bogor
13 menit lalu -
Instruksi Kapolri tak Digubris, Anggota Polisi Terus Saja Bermasalah
24 menit lalu -
Apa Itu HAARP? Proyek 'Senjata' AS yang Dituding Sebabkan Gempa Bumi di Turki dan Suriah
54 menit lalu -
Gol Tunggal Majed Osman Bawa Dewa United Taklukkan Borneo FC
37 menit lalu
Investor Pasar Saham Waspadai Resesi dan Turbulensi di 2023

JAKARTA - Bursa saham AS, Wall Street sepekan melemah, di mana investor hanya mengincar keuntungan mulai dari sektor kesehatan AS hingga saham Inggris. Selain itu, emas juga menjadi tempat berlindung potensial selama resesi yang diperkirakan terjadi di 2023.
Perkiraan tahun depan akan suram datang sektor bank-bank di Wall Street. JPMorgan, Citi dan BlackRock percaya bahwa resesi kemungkinan besar terjadi tahun depan.
Resesi pun menjadi berita buruk bagi pasar saham, meskipun beberapa investor percaya penurunan tajam ekuitas 2022 menunjukkan tingkat perlambatan telah diperhitungkan.
Indeks S&P 500 tercatat menurun 25,2% dari level tertinggi sepanjang tahun ini atau lebih baik dibandingkan penurunan 28% dalam resesi sejak Perang Dunia Kedua, menurut data dari CFRA Research. Indeks turun 14,6% year-to-date.
Baca Juga: Wall Street Naik Tajam Usai Pidato Ketua The Fed soal Suku Bunga
Namun demikian, banyak orang di Wall Street meningkatkan alokasi ke area pasar yang memiliki reputasi unggul selama masa ekonomi yang tidak menentu.
"Ketika investor melihat resesi datang, mereka menginginkan perusahaan yang dapat menghasilkan pendapatan terlepas dari siklus bisnisnya," kata Kepala Investasi Cresset Capital, Jack Ablin, dilansir dari Reuters, Minggu (4/12/2022).
Dalam prospek 2023, ahli strategi di BlackRock Investment Institute merekomendasikan saham di sektor kesehatan, area yang dianggap kurang sensitif terhadap fluktuasi ekonomi.
Sektor Perawatan Kesehatan dalam S&P 500 turun sekitar 1,7% tahun ini, dengan mudah mengalahkan kinerja indeks yang lebih luas.
Baca Juga: Wall Street Bervariasi, Investor Nantikan Pidato Jerome Powell
BlackRock mengatakan perusahaan juga lebih memilih saham energi dan keuangan, meskipun underweight pasar maju secara keseluruhan.
"Resesi diramalkan; bank sentral berada di jalur untuk memperketat kebijakan karena mereka berusaha menjinakkan inflasi," tulis Ahli Strategi Perusahaan.
"Valuasi ekuitas belum mencerminkan kerusakan di depan, dalam pandangan kami," sambungnnya.