-
3 Kebiasaan Ini Membuat Pasangan Makin Cinta, Tak Mau Kehilangan Kamu
54 menit lalu -
Uang Koin Rp1.000 Gambar Kelapa Sawit Dijual Jutaan Rupiah
53 menit lalu -
Napoli vs AS Roma: Pahlawan itu Bernama Giovanni Simeone
52 menit lalu -
4 Negara Unggulan di Piala Asia U-20 2023, Ada Timnas Indonesia U-20?
43 menit lalu -
Jadwal KRL Jogja-Solo Hari Ini 30 Januari 2023
54 menit lalu -
6 Fakta Utang Indonesia Dikritik, Kemenkeu Siap Debat dengan Demokrat
45 menit lalu -
Belum Puas Datangkan Pemain, Tottenham Hotspur Ingin Boyong Piero Hincapie dari Bayer Leverkusen
35 menit lalu -
2 Jenderal Termuda di TNI AU, Berkarir Gemilang hingga Ditahan Dianggap Tersangkut G30S
49 menit lalu -
Jenderal Bintang 3 Termuda Polri, Termasuk Ungkap Kasus Pembunuhan Brigadir J
42 menit lalu -
Cerita Ribuan Lebah Gaib Mbah Kholil Kacaukan Konsentrasi Pasukan Belanda
57 menit lalu -
Jumlah Hadiah yang Didapat Jonatan Christie Setelah Menjuarai Indonesia Masters 2023
18 menit lalu -
Humor Gus Dur: 2 Hal yang Membuatnya Dekat dengan Tionghoa
51 menit lalu
0
Jimly Asshiddiqie Tokoh Indonesia Pertama Penulis Buku Hukum, Demokrasi dan Sosial Terbanyak

Jimly dianugerahi rekor dari Leprid sebagai tokoh Indonesia pertama di dunia yang menjadi penulis buku tentang hukum, demokrasi, dan sosial terbanyak; tokoh Indonesia pertama di dunia yang meluncurkan books corner di berbagai perguruan tinggi; serta tokoh Indonesia pertama di dunia yang menuliskan buku tentang green and blue constitution.
"Hari ini, kami setinggi-tingginya memberikan penghargaan, tiga penghargaan sekaligus kepada Prof Jimly Asshiddiqie," ujar Ketua Umum sekaligus Pendiri Leprid Paulus Pangka dalam acara penganugerahan tiga rekor dari Leprid kepada Jimly, di Kantor Komisi Yudisial RI, Jakarta, Senin (5/12).
Penganugerahan rekor tersebut ditandai dengan penyerahan medali dan piagam penghargaan dari Leprid kepada Jimly. Sebelumnya, dalam kesempatan yang sama, Jimly juga meluncurkan dua buku karyanya yang berjudul Teokrasi, Sekularisme, dan Khilafahisme serta Oligarki dan Totalitarianisme Baru. Kedua buku tersebut menjadi buku karyanya yang ke-74 dan ke-75. Selain itu, Jimly pun meresmikan pojok baca yang berisi buku-buku karyanya, yakni Jimly Books Corner, di sepuluh universitas di Indonesia.
Sepuluh universitas itu adalah Universitas Indonesia, Universitas Sebelas Maret, Universitas Brawijaya, Universitas Surabaya, dan Universitas Diponegoro. Berikutnya, Universitas Andalas, Universitas Katolik Parahyangan, Universitas Jenderal Ahmad Yani, Universitas Al-Azhar Indonesia, dan Universitas Hang Tuah.
Atas capaian tersebut, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo menilai tema besar dalam dua buku karya pakar hukum tata negara Jimly Asshiddiqie dapat menggugah kesadaran dan komitmen kolektif masyarakat Indonesia, sebagai sebuah bangsa tentang persoalan mendasar dalam kehidupan berbangsa. "Prof Jimly mewacanakan narasi serta wawasan kebangsaan untuk menggugah kesadaran kolektif bangsa Indonesia tentang berbagai persoalan mendasar dalam kehidupan berbangsa," ujar Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo, saat menjadi pembicara kunci dalam acara peluncuran dua buku karya Jimly Asshiddiqie.
Menurut Bamsoet, dalam buku Teokrasi, Sekularisme, dan Khilafahisme, Jimly yang mantan Ketua Mahkamah Konstitusi ini, menggugah kesadaran kolektif mengenai persoalan hubungan negara dan agama di Tanah Air yang pada dasarnya sebagai negara Pancasila, pengamalan agama dan penyelenggaraan negara Indonesia dapat berjalan beriringan dan saling menguatkan.
Sementara itu, dalam buku Oligarki dan Totalitarianisme Baru, Jimly dinilai menggugah kesadaran kolektif bahwa bangsa Indonesia telah bersepakat kekuasaan negara dan pemerintahan, terutama kekuasaan untuk mengelola serta memanfaatkan sumber daya material negara, tidak boleh hanya dikendalikan atau dikuasai oleh segelintir kelompok elite.
Lebih lanjut, melalui buku Teokrasi, Sekularisme, dan Khilafahisme, Bamsoet menilai Jimly menyajikan kumpulan tulisan yang bertautan dengan eksistensi paham ketuhanan dan keagamaan dalam konteks kehidupan bernegara. Di dalamnya pula, kata dia, terdapat relasi antara hukum agama dan sistem hukum nasional. Bamsoet menyebutkan berbagai paham tersebut hadir sebagai mazhab pemikiran, yang sejak akhir abad ke-20 kembali mengemuka sebagai suatu gagasan yang diasumsikan menjadi prinsip ideal untuk dipraktikkan pada zaman modern saat ini.
"Buku karya Prof Jimly lainnya, Oligarki dan Totalitarianisme Baru, menyetir dinamika kualitas kehidupan demokrasi di Tanah Air yang tercermin dari pasang surut capaian indeks demokrasi. Itu mengisyaratkan bahwa kematangan dan kedewasaan berdemokrasi kita masih labil, belum mencapai pada titik kemapanan," ujar tokoh Partai Golkar ini. *ant
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali