-
Pemerintah Restui PSSI Jadi Tuan Rumah Piala Asia 2023
43 menit lalu -
Pembangunan Bendungan Meninting Lombok Selesai 2023, Ini Manfaatnya
49 menit lalu -
Anies Baswedan Dapat Wejangan dari Refly Harun Soal Pilpres 2024
59 menit lalu -
Harga Komoditi Sawit Anjlok, Petani di Pesisir Selatan Menjerit
54 menit lalu -
Dukung Anak Sehat, MNC Life Adakan Khitanan Ceria Bersama DokterHub
47 menit lalu -
Gareth Bale: Los Angeles Tempat yang Tepat untuk Saya dan Keluarga
59 menit lalu -
Terbang ke Kiev dalam Misi Perdamaian, Presiden Jokowi Berikan Bantuan Kemanusiaan ke Ukraina
42 menit lalu -
Google, Netflix, Twitter dan Facebook Bakal Diblokir Jika tak Daftar Ulang
47 menit lalu -
Ribuan Kader Muslimat NU Dukung Muhaimin Maju Capres 2024
24 menit lalu -
Persis Solo Juru Kunci, Pasoepati Magaku Ikhlas, Hanya 1 Permintaannya
37 menit lalu -
Krisis Global, Bagaimana Nasib Makro Ekonomi RI?
37 menit lalu -
Google Mulai Luncurkan Tampilan Baru untuk Gmail
32 menit lalu
Kebebasan Sipil di Indonesia Memburuk, Kata SMRC

GenPI.co - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) mengumumkan bahwa kebebasan sipil di Indonesia memburuk dalam lima tahun terakhir.
Hal itu disampaikan langsung oleh Pendiri SMRC Saiful Mujani, Sabtu (21/5).
Menurut Saiful, survei tersebut menunjukkan beberapa indikator kebebasan sipil telah mengalami pelemahan.
Survei tersebut dilakukan dengan data dari September 2017 sampai Maret 2022.
Data itu menunjukkan bahwa sampai April 2019, presentase warga yang mengaku puas atau cukup puas terhadap kondisi kebebasan berpendapat relatif tinggi, yaitu sekitar 79 persen.
Namun, setelah Pemilu 2019, mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu dari 79 persen pada April 2019 menjadi 56 persen pada Juni 2020.
Angka tersebut lalu menjadi 63 persen pada Maret 2022. Walaupun mengalami kenaikan, tetapi tak lebih tinggi dari angka pada April 2019.
Sebaliknya, yang menyatakan kurang atau tidak puas mengalami kenaikan, dari 18 persen pada April 2019 menjadi 33 persen pada Maret 2022.
Menurut Saiful, data temuan SMRC ini konsisten dengan data dari Freedom House tentang menurunnya kualitas demokrasi Indonesia.
"Jadi penilaian masyarakat biasa dari Aceh sampai Papua dengan penilaian panel ahli dari Freedom House kurang lebih sama," ungkapnya.
Tren serupa juga terjadi pada indikator kepuasan masyarakat akan kebebasan berkumpul atau berserikat.
Saiful mengatakan bahwa indikator kebebasaan berkumpul atau berserikat menurun sejak Pemilu 2019.
Pada April 2019, 86 persen masyarakat mengaku puas dengan kebebasan berkumpul di Indonesia. Angka itu lalu turun menjadi 59 persen pada September 2020.
"Lalu, naik menjadi 68 persen pada Maret 2022," ungkapnya.
Sementara itu, yang menyatakan kurang atau tidak puas mengalami lonjakan dari 9 persen pada April 2019 menjadi 37 persen pada 2020.
pada Maret 2022, ada 27 persen masyarakat Indonesia yang kurang atau tidak puas dengan kebebasan berkumpul di Indonesia.
"Penurunan ini belum menunjukkan gejala normal atau membaik kembali," kata Saiful.(*)
Heboh..! Coba simak video ini: