-
Berwajah Bule, Nora Alexandra Memesona Pakai Kemben Batik
57 menit lalu -
Ibunda Sakit, Fadli Zon: Rasanya Ikut Sakit
57 menit lalu -
Thailand Mulai Vaksinasi Covid-19 Bulan Depan
52 menit lalu -
MK Gelar 35 Sidang Perdana Sengketa Pilkada 2020 Hari Ini
42 menit lalu -
Ditawari Main di Indonesia, Sabina Altynbekova Pilih Klub UEA
41 menit lalu -
5 Fakta Kasus Sejoli Mesum di Halte Senen
32 menit lalu -
Terapi Air Putih ala Jepang untuk Turunkan Berat Badan
45 menit lalu -
Raup Investasi Rp826,3 Triliun di Tengah Pandemi Covid-19
39 menit lalu -
Mantan Bek Liverpool Ceritakan Pengalamannya Usai Peluk Agama Islam
36 menit lalu -
Liga Inggris: Kira-kira Seperti Apa Ya Komposisi Starting XI Chelsea di Bawah Kendali Thomas Tuchel?
47 menit lalu -
Dijodohkan dengan Putra Mendiang Syekh Ali Jaber, Wirda Mansur Bilang Begini
56 menit lalu -
Marc Marquez Diprediksi Comeback Pertengahan MotoGP 2021
24 menit lalu
Kejar Kelompok MIT, Ketangguhan TNI-Polri Diuji

POLRI mengumumkan nama dan foto dari wajah 11 orang yang masuk daftar pencarian orang (DPO) terkait kasus tindak pidana terorisme. Nama-nama yang diumumkan Polri adalah mereka yang tergabung dalam kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT), yang juga pelaku pembunuhan satu keluarga di sigi.
Kesebelas nama itu adalah Ali Ahmad alias Ali Kalora selaku pemimpinnya, Abu Alim alias Ambo, Qatar alias Farel alias Anas, Askar alias Jaid alias Guru, Nae alias Galuh alias Mukhlis, Khairul alias Irul alias Aslam, Jaka Ramadhan alias Ikrima alias Rama, Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang, Alvin alias Adam, alias Mus'ad alias Alvin Anshori. Ada juga nama Rukli, Suhardin alias Hasan Pratama.
(Baca juga: Ali Kalora Cs Belum Tertangkap, IPW Sebut Gegara Polisi Takut Masuk Hutan)
Untuk memburu para teroris ini bukan perkara mudah, mengingat luasnya wilayah tempat persembunyian mereka. Karena itu, Polri juga meminta bantuan warga dalam hal memberikan informasi jika menjumpai wajah yang sesuai dengan foto yang dirilis itu.
"Bagi masyarakat yang mengetahui keberadaan para DPO untuk segera menghubungi kepolisian terdekat," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Argo Yuwono, Selasa (1/12/2020).
Sebagaimana telah diberitakan, pada Jumat 27 November 2020, sekira pukul 07.30 Wita, satu keluarga yang terdiri dari empat orang di Dusun Lepanu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah dibantai oleh 10 orang bersenjata yang teridentifikasi sebagai anggota kelompok MIT.
Aparat keamanan dikejutkan dengan aksi teror yang dilakukan secara sadis oleh kelompok ini. Pasukan Tinombala pun langsung beraksi memburu kelompok tersebut yang dipimpin Ali Kalora tersebut.
Kapolri Jenderal Polisi Idham Azis sudah mengeluarkan instruksi kepada pasukan Tinombala agar segera mengejar mengepung kelompok yang membuat warga Sulawesi Tenggara resah dan tidak aman. Kapolri berjanji akan bertindak tegas. "Saya sudah bilang ke anggota, tindak tegas mereka. Jika ketemu lalu mereka melawan, tembak mati saja," kata Kapolri, Senin (30/11/2020).
Kapolri sudah memerintah anak buahnya mencari dan mengepung kelompok Ali Kalora. "Kita akan cari sejumlah tempat yang selama ini jadi persembunyian kelompok Ali Kalora," tegas Kapolri.
Pasukan Khusus TNI Perkuat Tinombala
Untuk mempercepat menutup ruang gerak kelompok MIT, TNI menurunkan pasukan khusus. Belasan pasukan khusus yang terdiri dari Komando Strategi Angkatan Darat (Kostrad), Marinir dan Pleton Pengintai Keamanan (Tontaikam) tiba di Palu, pada Selasa 1 Desember 2020.
Kepada media, Komadan Korem 132 Tadulako, Brigjen TNI Farid Makruf mengatakan, pasukan khusus TNI akan memperkuat pasukan Satuan Tugas Tinombala. Dengan penambahan pasukan, Farid yakin pimpinan MIT Ali Kalora dan anak buahnya segera ditangkap.
(Baca juga: Kapolda Metro Ingin Seluruh Kasus Diselesaikan, Termasuk Habib Rizieq)
Lebih lanjut, Farid optimistis dengan pengalaman pasukan khusus dalam menejar kelompok teroris. "Selama ini sinergitas TNI dan Polri dalam memburu kelompok teroris cukup efektif mendesak pergerakan kelompok Ali Kalora. Hal ini terlihat dari pergerakan kelompok ini yang terus berpindah, dari Kabupaten Parigi Moutong hingga ke Kabupaten Sigi," kata Farid.
Sekadar diingat Operasi Tinombala dimulai pada tanggal 10 Januari 2016, melibatkan sekitar 2.000 personel dari unsur TNI dan Polri pada tahun 2016 di wilayah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Operasi ini melibatkan satuan Brimob, Kostrad, Marinir, Raider, dan Kopassus. Menurut laporan TNI dan Polri, Operasi Tinombala kala itu berhasil membatasi ruang gerak kelompok Santoso dan membuat mereka berada dalam kondisi "terjepit dan kelaparan". Pada tanggal 18 Juli 2016, Santoso alias Abu Wardah tewas ditembak oleh Satuan Tugas Operasi Tinombala setelah terjadinya baku tembak di wilayah desa Tambarana.
Ketangguhan TNI-Polri Diuji
Kini, Tinombala yang didukung pasukan khusus TNI kembali terjun untuk mengejar kelompok MIT di medan yang tidak terbilang mudah ketangguhan dan sinergitas TNI Polri kini diuji. Dapatkah pasukan khusus TNI dan Tinombala menangkap 11 kepala yang sudah diumumkan sebagai DPO yang paling dicari?
Lembaga Indonesia Police Watch (IPW), salah satu yang meragukan kemampuan pasukan Tinombala dalam memburu kelompok MIT. Terlebih polisi, menurut Ketua Presidium IPW Neta S Pane, tidak memiliki pengalaman bertempur di hutan. Karena itu Polri dan TNI, menurut IPW, harus melakukan konsolidasi terlebih dahulu untuk menentukan tim pemburu.
Sebab medan yang dihadapi tidak mudah, ada gunung dan perkotaan yang masing-masing memiliki situasi dan karakteristik yang berbeda. Sehingga strategi, stamina fisik personel, mental, dan peralatan yang dimiliki aparat harus berbeda. "Personil kepolisian yang tidak punya pengalaman di medan hutan, pasti takut untuk ke hutan memburu Ali Kalora CS," ujar Pane dalam keterangan tertulis kepada media, Kamis (3/12/2020)
Menurut analisis Pane, tim pemburu paling tidak hanya akan berada di luar hutan hingga waktu tugas di Poso berakhir. Itu artinya mereka akan pulang tanpa hasil apa-apa. "Ali Kalora CS tidak akan pernah tertangkap. Sejak 2016, mereka bebas menebar teror di Sulawesi Tengah (Sulteng)," katanya.
Neta memaparkan, Ali Kalora dkk selama ini bersembunyi di Pegunungan Biru, Sulawesi Tengah, wilayah persembunyian berupa hutan lebat. Densus 88 pun, menurut dia, tidak akan bisa menembus medan itu, karena tidak memiliki pengalaman bertempur di hutan. Karena itug Brimob dan TNI harus bersinergi.
(Baca juga: Bareskrim Tetapkan Ustadz Maaher Tersangka UU ITE)
Syarat lain harus dipenuhi Mabes Polri dalam memburu kelompok MIT adalah biaya operasional yang harus memadai dan tidak dipotong oknum pimpinan. "Insentif utuh untuk yang ditinggal di rumah. Peralatan dipenuhi dan reward yang jelas ketika mereka berhasil menghabisi kelompok MTI, misalnya bisa mengikuti pendidikan atau memegang jabatan," tegasnya.
Perburuan kelompok Ali Kalora, kata dia, tidakmudah. Siapapun aparat yang dikirim ke dalam hutan akan bertaruh nyawa. "Strategi ini harus diperhatikan, sehingga Mabes Polri tidak hanya sekedar 'perintah kosong'" kata Pane.