-
Hasil Liga Inggris 2022-2023 Pekan Ke-38: Chelsea vs Newcastle United 1-1, Arsenal vs Wolves 5-0
50 menit lalu -
3 Berita Artis Terheboh: Nindy Ayunda Buka-bukaan, Desta Sindir Penyebar Fitnah
48 menit lalu -
Basarnas Evakuasi 62 Penumpang Kapal Mati Mesin di Perairan Saponda Konawe
56 menit lalu -
Jokowi Mania Jadi Prabowo Mania 08, Ketum: Dia Sudah Selesai dengan Hidupnya
56 menit lalu -
Tangani 29.971 Kasus Pelanggaran Pemilu, Bawaslu: Potensi Kecurangan Tetap Ada
26 menit lalu -
4 Fakta Harga Telur Mahal Banget, Ternyata Ini Biang Keroknya
45 menit lalu -
Marissya Icha Ungkap Kabar Terkini Kasus Video Syur 47 Detik
28 menit lalu -
Max Verstappen Ceritakan Sulitnya Raih Kemenangan di F1 GP Monaco 2023
26 menit lalu -
Cair 5 Juni, Ini Besaran Gaji ke-13 PNS
48 menit lalu -
Timnas Indonesia vs Argentina: Alasan Lionel Scaloni Bawa Tim Terbaik
18 menit lalu -
Bareskrim Akan Ungkap Kasus 75 Kilogram Sabu dan 53 Ribu Butir Ekstasi Siang Ini
29 menit lalu -
Erick Thohir Beber 3 Hal dari Hasil Kongres Biasa PSSI
27 menit lalu
Kisah Bupati Dihukum Mati Adipati Pasuruan Usai Kalah Duel Melawan Panembahan Senopati
PANEMBAHAN Senopati raja pertama Kerajaan Mataram Islam terus berusaha memperluas wilayah kekuasaannya. Ekspansi pun dilakukan menuju wilayah timur dari Mataram. Setelah wilayah Madiun, Mataram berusaha memperluas wilayahnya ke Pasuruan.
Mendengar rencana Panembahan Senopati, Adipati Pasuruan memutuskan hendak menyerah dan bersedia menyerahkan upeti. Tetapi bawahannya sebagaimana sumber Babad Tanah Djawi yang dikutip dari "Awal Kebangkitan Mataram : Masa Pemerintahan Senapati", tulisan De Graaf, Bupati Kinten berniat mengadakan perang tanding dengan Senopati, niatnya pun mendapat persetujuan.
Mendengar kabar itu, Senopati berangkat dari pesanggerahannya untuk menghadapi Ki Kinten. Sang penguasa Mataram itu menunggangi kuda dan berpakaian biru tua, bersama 40 orang prajurit numbak cemeng, atau ahli tombak yang juga berpakaian biru tua.
Awalnya, Panembahan Senopati hanya berpura-pura sebagai pemimpin pasukan penombak itu. Selanjutnya, pertarungan pun dimulai, disaksikan oleh para pengiring yang bersorak-sorai. Setelah berdoa kepada Allah, Senopati dapat melukai lutut musuhnya sehingga terlempar dari pelana dan jatuh pingsan.
Ki Kaniten kemudian dinaikkan di atas seekor kuda betina yang pincang tanpa pelana, dengan tambang tebal sebagai kekang, dan dikirimkan kembali kepada gustinya di Pasuruan, diantar oleh 40 prajurit numbak cemeng.