-
Usai Garuda, Kini Pertamina. . . Erick Thohir: Univ Pertamina Buat Apa?
16 jam lalu -
Gebyar 10 Ribu Warung, Ajang Silaturahmi Para Pemilik Warung Sembako
22 jam lalu -
Grab Pakai Mobil Listrik Hyundai IONIQ di Jakarta
23 jam lalu -
BRI Luncurkan Aplikasi Pinjaman Online CERIA
23 jam lalu -
Penjual Rongsokan Ini dapat Hadiah Rumah dari Smartfren
22 jam lalu -
Lukisan Telanjang Pahlawan Nasional Meksiko Timbulkan Kontroversi, Protes Berujung Kerusuhan
21 jam lalu -
Seekor Macan Tutul Liar yang Berkeliaran Timbulkan Kepanikan di Kota India
22 jam lalu -
Ilmuwan Temukan Daratan Terdalam Bumi di Bawah Antartika
22 jam lalu -
Pengadilan Sudan Mendakwa Mantan Presiden Omar Al Bashir Atas Tuduhan Korupsi
18 jam lalu -
Beginilah Spesifikasi Lengkap Qooder 400
16 jam lalu -
Gelombang panas, Australia berisiko alami hari terpanas
22 jam lalu -
Mahathir Mohamad Kecam Sanksi Amerika terhadap Iran
17 jam lalu
Komnas HAM Soroti Kenaikan Intoleransi di Kalangan Terdidik

JAKARTA -- Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) mencatat sikap intoleransi yang ditunjukkan oleh kalangan terdidik di perkotaan mengalami tren peningkatan. Mereka berada di posisi kelas menengah.
"Temuannya ada tren peningkatan sikap intoleransi, jadi sikapnya, yang pada data itu menunjukkan kelas menengah, tinggal di kota, pemuda, dan terdidik," ujar Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik di Jakarta, Jumat.
Taufan mengatakan berdasarkan temuan tersebut, sikap intoleransi kalangan terdidik di perkotaan meningkat hingga angka 50 persen, dari sebelumnya yang berada di angka 20 persen.
Namun demikian, kata dia, lonjakan persentase tersebut terjadi hanya pada isu-isu tertentu yang berkaitan dengan ibadah dan isu keagamaan.
"Misalnya soal mendirikan rumah ibadah, karena kaitannya dengan rumah ibadah maka dia menolak. Tinggi itu tingkatnya. Tapi kalau ada orang beragama lain tinggal di dekat dia, itu penolakan tidak terlalu tinggi. Soal ibadah dan agama itu paling tinggi," ucap dia.
Menurut Taufan, terjadinya peningkatan sikap intoleransi pada kalangan generasi muda terdidik di perkotaan disebabkan oleh banyak hal.
Mereka, kata dia, kini memiliki kecenderungan untuk lebih memilih bergaul dengan sesama agama, suku, atau latar belakang sosial, ketimbang berinteraksi lebih terbuka dengan kelompok lain.
Di lingkungan sekolah, lanjut dia, pendidikan agama cenderung diterapkan dengan lebih eksklusif. Sikap menghargai agama lain dalam kurikulum pendidikan di sekolah dinilai cenderung semakin berkurang.
Hal tersebut kemudian berlanjut di tingkat perguruan tinggi. Banyak organisasi-organisasi mahasiswa yang bersifat eksklusif.
"Itu temuan temuan. Tapi bisa dibantah penelitian-penelitian yang lain bisa menunjukkan indikasi yang lain. Tapi kita harus mengakui ada persoalan," kata dia.
Lebih lanjut Taufan mengatakan indikasi lain bisa dilihat dari meningkatnya pengaduan masyarakat ke Komnas HAM terkait perilaku intoleransi di masyarakat, misalnya aksi perusakan tempat ibadah atau tindakan menghalangi seseorang dalam menjalankan peribadatan.
"Indikasi-indikasi itu juga didukung oleh praktik-praktik otonomi daerah di mana ada beberapa daerah yang mencoba menginisiasi regulasi-regulasi yang dengan basis agama," ujar Taufan
- Viola Davis Ikut Tanggapi Martin Scorsese
- Dompet Dhuafa Ajak Sumbang Sepatu Layak Pakai di EJM 2019