-
Eks AC Milan Pastikan 2022-23 adalah Musim Terakhirnya
48 menit lalu -
Ada Pos Pantau, Disiapkan 1.000 Besek Pengganti Kantong Plastik
37 menit lalu -
Anggota DPRD Bangli Dapat Fasilitas Laptop Seharga Rp 19 Jutaan
36 menit lalu -
5 Artis Bollywood Jatuh Miskin, Ada yang Bangkrut hingga Idap Skizofrenia
58 menit lalu -
Kapan Puasa Dzulhijjah 2022? Ini Jadwal dan Bacaan Niatnya
45 menit lalu -
Wajib Pajak Diminta Manfaatkan Kebijakan Pemutihan
36 menit lalu -
Wisata Kampung Landang, Tempat Healing hingga Prewedding
59 menit lalu -
Heboh Kasus 'Mark Up' Nilai, Begini Respons Ketua DPRD Sumbar
21 menit lalu -
DPRD Pessel Apresiasi Pemeerintah Daerah Atas Capaian WTP 9 Kali Berturut-turut
18 menit lalu -
Elkan Baggott Gagal, Thailand Datangkan Monster Keturunan Inggris
18 menit lalu -
Jokowi Ajak Negara G7 Investasi Energi Bersih dan Rendah Karbon
35 menit lalu -
Girls, Ini 5 Tips Agar Tetap Cantik Selama Liburan
55 menit lalu
0
Megawati Angkat Nyepi dan Tri Hita Karana di Forum GPDRR 2022

Menurut Megawati, Nyepi dan Tri Hita Karana merupakan cara hidup yang dianut oleh masyarakat Bali agar selaras dengan alam dan peka terhadap tanda-tanda alam, termasuk di antaranya bencana.
"Bali yang terkenal dengan nama Pulau Dewata punya tradisi spiritual keagamaan dan kebudayaan khas Bali yang tidak sama dengan India, yaitu perayaan yang disebut Nyepi. Melalui Nyepi, masyarakat Bali tidak melakukan apa pun selama 24 jam," kata Megawati dalam sambutan secara daring di hadapan ribuan delegasi asing dari lebih 190 negara.
Megawati, yang merupakan Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan Tri Hita Karana merupakan ajaran yang masih diterapkan oleh masyarakat Bali dalam kesehariannya.
"Menurut falsafah ini, kebahagiaan manusia terjadi saat tercipta keseimbangan Sang Pencipta dengan seluruh alam raya dengan sesama manusia, karena itu di Bali alam yang sangat baik, penuh cinta, sebagai kesadaran kesatuan kosmologi kehidupan," kata Megawati.
Ia menambahkan kearifan lokal itu yang perlu dijaga dan menjadi inspirasi bagi semua pihak. Dalam pidatonya, Megawati juga menyoroti bencana ekologis dan krisis akibat perubahan iklim yang keduanya merupakan ancaman bagi kemanusiaan.
Dia menjelaskan upaya menghadapi bencana juga perlu mempertimbangkan aktivitas manusia yang seringkali menjadi penyebab bencana ekologis dan krisis perubahan iklim. Oleh karena itu, Megawati berharap hasil dari rangkaian pertemuan GPDRR 2022 dapat memperkuat kesiapsiagaan dunia dalam menghadapi bencana.
Megawati dalam sambutannya juga mengusulkan agar dunia dapat memperkuat Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan memperkuat kemitraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) antarnegara demi meningkatkan kesiapsiagaan global dalam menghadapi bencana. "Perkiraan iklim penting untuk kepentingan pertanian dan mitigasi bencana," kata Megawati.
Rangkaian pertemuan resmi Sesi Ke-7 GPDRR 2022 berakhir pada Jumat (27/5), setelah resmi dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo, Rabu (25/5). Forum GPDRR merupakan pertemuan multipihak yang diakui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membahas penerapan Kerangka Kerja Sendai.
Kerangka Kerja Sendai/Sendai Framework merupakan kesepakatan pertama yang dibuat pascaagenda pembangunan dunia 2015 yang fokus menggalang komitmen dan aksi global dalam mengurangi risiko bencana. Kesepakatan itu berlaku sejak 2015 dan diharapkan target-targetnya terpenuhi pada 2030. *ant
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali