-
Driver Ojek Online Dikeroyok Pengendara Fortuner di Kebayoran Lama, Ini Kronologinya
54 menit lalu -
Kapal Kargo Rusia Tenggelam di Laut Hitam, 15 ABK Terkatung-Katung
54 menit lalu -
Demi Kushedya Hari Yudo, Klub Malaysia Rela Depak Pemain Thailand
42 menit lalu -
Ada Lionel Messi atau Tidak, Athletic Bilbao Mau Bikin Barcelona Menderita
35 menit lalu -
Ini Daftar Nama Korban Pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang Telah Teridentifikasi
30 menit lalu -
AC Milan Segera Umumkan Rekrutan Kedua di Bursa Transfer Januari
42 menit lalu -
Catatan LPSK untuk Calon Kapolri Komjen Listyo Sigit Prabowo
41 menit lalu -
Jelang Malam, Warga Banjarmasin Waspada Datangnya Banjir Besar
48 menit lalu -
Tips Memanjakan Istri Supaya Lebih Bergairah
42 menit lalu -
5 Bintang Manchester United yang Bisa Bikin Liverpool Celaka di Kandang Sendiri
57 menit lalu -
56 Pengusaha Besar dan 196 UMKM akan Jalin Kemitraan Bisnis
41 menit lalu -
Harga Patokan LPG 3 Kg Berubah, untuk Nonsubsidi?
34 menit lalu
Menhan Australia Terkejut dan Malu Baca Laporan Kejahatan Perang

MENTERI Pertahanan (Menhan) Australia, Linda Reynolds, mengaku terkejut dan malu membaca laporan militer bahwa pasukan elite Australia secara tidak sah membunuh 39 tahanan, petani, dan warga sipil Afghanistan.
"Saya seperti halnya setiap warga Australia lainnya yang membaca atau mendengar laporan itu benar-benar terkejut dan malu, '' katanya dalam konferensi bisnis di Perth, melansir VoA Indonesia, Sabtu (21/11/2020).
Reynolds mengatakan, "Saya mendapat laporannya dua minggu lalu dan itu membuat saya secara fisik sakit.''
Panglima Angkatan Bersenjata Australia Jenderal Angus Campbell, Kamis (19/11), mengatakan laporan itu memuat dugaan kejadian di mana sejumlah anggota baru pasukan elite Angkatan Udara Khusus (SAS) akan diwajibkan menembak seorang tahanan untuk melakukan pembunuhan pertamanya dalam praktik yang dikenal sebagai blooding.
Campbell mengumumkan hasil penyelidikan selama empat tahun yang dilakukan Paul Brereton, seorang hakim yang mewawancarai lebih dari 400 saksi dan mengevaluasi ribuan dokumen.
Campbell mengatakan sejumlah tentara juga dengan sengaja menempatkan senjata dan radio di, atau dekat, tubuh korban sebagai bukti palsu untuk mendukung klaim mereka bahwa korban adalah musuh yang tewas dalam aksi. Campbell dengan tulus meminta maaf kepada rakyat Afghanistan.
Laporan tersebut merekomendasikan agar kasus 19 tentara yang diduga terlibat dirujuk ke polisi federal untuk penyelidikan kriminal. Campbell mengatakan ia menerima semua rekomendasi laporan itu.