-
Man United Temu Kangen dengan Ibrahimovic, Ini Reaksi Solskjaer
35 menit lalu -
Rentetan Pelanggaran Kafe RM di Cengkareng Selama PSBB Jakarta
51 menit lalu -
Dipecat Demokrat, Darmizal Ancam beberkan "Dosa Politik" SBY
46 menit lalu -
Indodax dukung pemerintah buat rupiah digital
57 menit lalu -
Tekanan Besar di Tottenham Tak Bikin Jose Mourinho Goyah
21 menit lalu -
Fitur Baru Twitter Memungkin Kreator Menarik Biaya kepada Pengikut
31 menit lalu -
The Infodemic: COVID-19 Death Toll Not Yet as High as Wars Cited by Biden
50 menit lalu -
Suami Bupati Kendal, Chacha Frederica Tuntaskan Stunting dan Kelola Sampah
51 menit lalu -
Dipecat Partai Demokrat, Darmizal: KLB Insya Allah Akan Segera Digelar
22 menit lalu -
Wow, ada Realme GT di MWC Shanghai
39 menit lalu -
Mendadak SBY Risau, Nasibnya Tak Ingin Seperti Amien Rais, Ngeri
41 menit lalu -
Laga Seru Bakal Tersaji saat si Biru Chelsea Menjamu Setan Merah MU
31 menit lalu
Migran Honduras Dihujani Gas Air Mata di Perbatasan Guatemala

GUATEMALA CITY - Sekira 100 migran Honduras disemprot gas air mata dan dipukuli dengan pentungan oleh polisi ketika mereka berusaha menerobos penghalang jalan di perbatasan Guatemala.
Kelompok migran itu merupakan bagian dari sekitar 2.000 warga Honduras yang berhenti di belakang penghalang itu pada Sabtu (16/1/2021) malam.
BACA JUGA: Hentikan Migran, Trump Ancam Tutup Perbatasan AS-Meksiko
Mayoritas tetap diam di tempat pada Minggu (17/1/2021) pagi ketika bentrokan antara beberapa anggota mereka dan polisi dimulai. Tidak ada seorang pun migran yang berhasil melewati penghalang tersebut.
Ratusan migran lain kemudian duduk di tengah jalan, menolak bergerak dan berusaha mengajukan permohonan kepada otorita Guatemala sebagai sesama warga Amerika Tengah.
Associated Press melaporkan banyak migran mengalami luka-luka karena dipukuli dalam bentrokan itu.
BACA JUGA: Atasi 'Invasi' Imigran, AS Kerahkan Lebih Dari 5.000 Serdadu Ke Perbatasan Meksiko
Setidaknya 9.000 migran dari Honduras menyeberang ke Guatemala pada Sabtu dalam karavan yang dimulai sehari sebelumnya. Mereka berharap untuk bisa mencapai Amerika Serikat (AS) pada hari-hari pertama pemerintahan presiden yang baru. Sebagian migran mengatakan mereka berharap pemerintahan baru akan lebih simpatik kepada mereka dibandingkan pemerintahan Trump.