-
Ingin Beraktivitas di Luar Rumah? Ini Daftar Kota-Kota yang Berpotensi Diguyur Hujan
32 menit lalu -
Termasuk Bima Sakti, dalam 10 Tahun Terakhir Hanya Pelatih Lokal yang Bawa Timnas Indonesia Juara
38 menit lalu -
Marcel Sabitzer Disebut Cocok Jadi Gelandang Bertahan
58 menit lalu -
BMKG Sampaikan Peringatan Dini Cuaca Hari Ini, Hujan Lagi?
29 menit lalu -
Belasan Desa di Buleleng Rawan Kekeringan
43 menit lalu -
Soal Tersangka Dalam Kecelakaan Maut di Ciamis, Begini Kata AKBP Tony
33 menit lalu -
Satpol PP Ajak Warga Pasang Bendera Merah Putih
43 menit lalu -
Pemkab dan Pemuda Badung Bangkit Gelar Pameran UMKM
20 menit lalu -
Harga Minyak Brent dan WTI Anjlok, Ini Pemicunya
39 menit lalu -
Dokumen Perubahan KUA-PPAS APBD Badung 2022 Ditandatangani Dewan
21 menit lalu -
KPK: Bupati Pemalang Sempat ke DPR Sebelum Terjaring OTT
50 menit lalu -
Egy dalam Bahaya, 3 Pemain Malaysia Kena Sial Gabung Zlate Moravce
53 menit lalu
Muhammadiyah Ajak Bangun Kecerdasan Finansial

MALANG -- Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Bidang Ekonomi dan Kewirausahaan, Dr Anwar Abbas MM MAg mengajak, kepada warga Muhammadiyah dan umat Islam untuk membangun kecerdasan finansial. Hal ini didasari oleh fenomena yang terjadi selama ini, di mana banyak umat Islam cerdas dalam berbagai bidang tapi tak cerdas dalam bidang finansial.
Peryataan ini disampaikan olehnya di acara pembukaan Muhammadiyah Microfinance Summit II 2022 di kota Batu, Malang, Jawa Timur, Kamis (23/6/2022). Acara yang mengusung tema "Membangun kemandirian BTM dan closed loop economy Muhammadiyah" itu diselenggarakan oleh Induk Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM).
Sembari menceritakan pengalamannya bersama almarhum mantan Bendahara PP Muhammadiyah, Prof Dr Suyatno MPd, Anwar menambahkan, bahwa sepengetahuannya, uang Muhammadiyah yang ditaroh di perbankan itu sebesar Rp 8 triliun. Sementara pembiayaan Muhammadiyah dari perbankan yang diperoleh selama ini sebesar Rp 4 triliun atau Rp 5 triliun. "Dengan demikian, kesimpulannya uang perbankan yang dipinjamkan selama ini pada kita itu adalah uang Muhammadiyah," ujarnya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (24/6).
Sayangnya lagi, uang Muhammadiyah yang ditempatkan di perbankan itu dalam bentuk giro yang return-nya hanya 0,5 persen. Begitu juga di produk tabungan dan deposito yang memperoleh bagi hasil cuma 3 %. Sementara jika diri kita mengajukan pembiayaan ke perbankan rata - rata margin bagi hasil pembiayaan yang harus kita bayar adalah antara 9 % - 13 %. Hal ini jelas tidak menguntungkan bagi Muhamadiyah.
"Padahal, jika kita punya kecerdasan finansial, bagi hasil pembiayaan perbankan itu bisa kita tekan untuk memperoleh margin antara 4 % - 6 %. Untuk bisa memperoleh itu, maka semua potensi ekonomi Muhammadiyah harus bersatu untuk dikonsolidasikan sehingga Muhammadiyah memiliki daya tawar kepada perbankan di masa yang akan datang," ucapnya.
Sementara di tempat yang sama Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MEK - PPM), Herry Zudianto mengatakan, Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran penting dalam perekonomian nasional dan jumlahnya lebih dari 65 juta yang terdiri dari 64,6 juta usaha mikro dan 700 ribu-an adalah usaha menengah. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) 69,5% UMKM belum terakses layanan perbankan.
Di sinilah, kata dia, peluang lembaga keuangan mikro/LKM termasuk BTM untuk mengambil peran dakwah bidang ekonomi. Sekaligus juga sebagai bentuk pembelaan hak-hak terhadap akses sumber daya keuangan dari masyarakat lapisan bawah harus menjadi bagian dakwah Muhammadiyah.
"Untuk itu saya berharap Muhammadiyah Microfinance Summit II 2022 ini, peran BTM bisa mengambil peluang tersebut dengan selalu fokus pada fokus sasaran, manajemen profesional, penerapan prinsip kehati - hatian dalam manajemen risiko, Good Cooperative Governance (GCG) yang terjaga dengan visi jangka panjang untuk menjaga sustainabilitas BTM,"papar Ketua MEK- PPM.
Diakui oleh Herry, saat ini dunia bisnis di sektor apapun akan terus berhadapan dengan tingkat persaingan yang semakin kompetitif (hyper competitive), termasuk di BTM. Selama ini BTM sudah head to head dengan LKM lain, seperti Baitulmaal Waa Tamwil (BMT), Koperasi kredit (Credit Union), BPR/BPRS, unit layanan mikro bank umum (BRI Unit, DSP, Brilink, dll), leasing, modal ventura dan lain-lain. "Untuk itu BTM harus mampu memjawab berbagai tantangan yang dihadapi selama ini, tak hanya untuk bertahan tapi juga harus mampu berkembang dan ekspansi," ujarnya.
Selain itu, dengan selalu menjaga kelenturan bisnis (agility) dan tak boleh kehilangan ruh atau jiwa layanan pada usaha mikro. "Serta harus tetap fokus pada segmen dengan beragam inovasi dan jangan sampai bergeser melayani skala yang lebih besar dengan tingkat risiko lebih tinggi," papar Henry.
Berita Terkait
- Jelang Muktamar, Induk BTM Selenggarakan Muhammadiyah Microfinance Summit II
- Tren FOMO dan YOLO Bikin Milenial dan Gen Z Jadi Boros
- Kenalkan Literasi Finansial Lewat Permainan
- Persib tak Bisa Main di Stadion GBLA
- Ratusan Calhaj Asal Pangandaran Diberangkatkan