-
Juara Liga Champions Selalu Punya Pemain Kroasia di Skuatnya
43 menit lalu -
9 Pemain Real Madrid Samai Jumlah Koleksi Trofi Liga Champions Cristiano Ronaldo, Ada Karim Benzema hingga Gareth Bale
31 menit lalu -
Marc Marquez Harus Jalani Operasi Lagi, Pol Espargaro: Kehilangannya Jadi Masalah bagi Honda
53 menit lalu -
Tragis! Feroza Tabrakan dengan Mobil Pikap, Lima Penumpang Hilang Tercebur ke Laut
47 menit lalu -
Real Madrid Juara Liga Champions, Berikut Fakta-fakta Menarik Laga Real Madrid VS Liverpool Malam Tadi
42 menit lalu -
38 Ekor Sapi di Pasaman Terjangkit Virus PMK
50 menit lalu -
Akses Jalan Rokan-Rumbai Ditargetkan Tuntas 2024
28 menit lalu -
Ridwan Kamil Tabah, Minta Maaf, Adik Kandungnya Menangis
58 menit lalu -
Luna Maya Pamer Kedekatan dengan Siwon Choi, Para Sahabat Berkomentar Begini
50 menit lalu -
RI Transisi Menuju Endemi, Dokter Reisa: Pemerintah Telah Siapkan 4 Strategi
42 menit lalu -
Tukang Becak Mendadak Terjatuh, Setelah Dicek, Pasar Geger
46 menit lalu -
Minum Teh Baik untuk Menangkal Radikal Bebas dan Menjaga Imun
43 menit lalu
PBB: 2021 Termasuk Di Antara Tahun Terpanas Sepanjang Sejarah

JENEWA - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (19/1/2022) mengatakan bahwa tujuh tahun terakhir merupakan tahun-tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah. Badan meteorologi PBB menambahkan bahwa pada 2021 suhu dunia tetap tinggi meski ada efek pendinginan dari fenomena La Nina.
"Tujuh tahun terpanas semuanya terjadi sejak 2015," kata Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dalam sebuah pernyataan yang dilansir AFP.
BACA JUGA: 2 Dampak Perubahan Iklim Ekstrem, Air Terjun Berhenti Mengalir hingga Batu Hijau
WMO mencatat bahwa 2021 masih termasuk di antara tahun-tahun terpanas meski terjadi dua peristiwa La Nina berturut-turut.
"Peristiwa La Nina yang berurutan berarti pemanasan tahun 2021 relatif kurang terasa dibandingkan tahun-tahun terakhir. Meski begitu, tahun 2021 masih lebih hangat dari tahun-tahun sebelumnya yang dipengaruhi oleh La Nina," kata kepala WMO Petteri Taalas dalam pernyataannya.
Menurut Taalas, hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pemanasan jangka panjang sebagai akibat dari peningkatan gas rumah kaca yang lebih jauh lebih besar dari daripada variabilitas tahun-ke-tahun dalam suhu rata-rata global.
La Nina mengacu pada pendinginan skala besar suhu permukaan di bagian tengah dan timur Samudra Pasifik khatulistiwa, dengan dampak luas pada cuaca di seluruh dunia.
BACA JUGA:Bertemu Menlu Inggris, Menlu RI Tegaskan Komitmen Indonesia Atasi Permasalahan Iklim
Fenomena yang biasanya memiliki dampak berlawanan dengan fenomena pemanasan El Nino ini biasanya terjadi setiap dua hingga tujuh tahun sekali, namun kini telah terjadi dua kali sejak tahun 2020.
WMO mencapai kesimpulannya dengan mengonsolidasikan enam kumpulan data internasional terkemuka, termasuk pemantau iklim Copernicus (C3S) Uni Eropa dan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA), yang mengumumkan temuan serupa minggu lalu.