-
Negara Lain Anggap Covid Seperti Flu Biasa, Bagaimana dengan Indonesia?
59 menit lalu -
Rayakan HUT ke-77 RI, PT Pos Indonesia Buka 7.700 Drop Point Demi Membantu UMKM
50 menit lalu -
Timsus Umumkan Hasil Pemeriksaan Istri Sambo Besok
54 menit lalu -
Timo Werner: Sistem Permainan Thomas Tuchel Tak Cocok dengan Saya
41 menit lalu -
Masuk Radar Chelsea, Inter Milan Disarankan Pertahankan Denzel Dumfries
48 menit lalu -
Saddil Ramdani, Cetak 2 Gol dan 5 Assist Hanya 12 Laga di Malaysia
36 menit lalu -
Tren Modest Fashion di Indonesia Makin Menanjak, Gairah Baru Bisnis Pakaian
51 menit lalu -
Kapolri Digugat Deolipa dan Diminta Bayaran Rp 15 M, Irjen Dedi: Silakan Saja
46 menit lalu -
Banjir Kepung Kota Medan, Ratusan Rumah Warga Terendam
57 menit lalu -
Keberatan Atas Putusan KPU, Bawaslu Sediakan Waktu Bagi Parpol Ajukan Sengketa Pendaftaran
55 menit lalu -
Kejari Agam Musnahkan Barang Bukti 62 Kasus Pidana
47 menit lalu -
'Rumah BUMN' Angkat Produk UMKM Klungkung
33 menit lalu
PBB Peringatkan Risiko Nyata Kelaparan Akut Tahun Ini, 2023 Bisa Lebih Parah

NEW YORK - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB) Antonio Guterres mengatakan dunia menghadapi "risiko nyata" berbagai kelaparan akut tahun ini, dan bahwa tahun 2023 bisa lebih buruk lagi. Hal ini disampaikannya dalam konferensi internasional tentang ketahanan pangan global di Berlin, Jerman pada Jumat (24/6/2022).
"Perang di Ukraina telah menambah masalah yang telah muncul selama bertahun-tahun - gangguan iklim, pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi yang sangat tidak merata," ujarnya melalui pesan video, dikutip VOA.
Ditambahkannya, kenaikan harga bahan bakar dan pupuk secara dramatis telah menimbulkan dampak pada petani di seluruh dunia. "Semua panen akan terdampak, termasuk beras dan jagung, yang mempengaruhi miliaran orang di seluruh Asia, Afrika dan Amerika," lanjutnya.
"Masalah akses pangan tahun ini bisa menjadi kekurangan pangan global tahun depan," terangnya.
Guterres memperingatkan tidak ada negara yang kebal dari dampak sosial dan ekonomi.
Baca juga: Jerman: Rusia Sengaja Gunakan Kelaparan Sebagai Senjata Perang
Invasi Rusia ke Ukraina 24 Februari lalu ke Ukraina telah mengganggu ketersediaan pangan dan rantai pasokan. PBB mengatakan lebih dari 36 negara mendapatkan setengah atau lebih pasokan gandum mereka dari wilayah Laut Hitam.
Baca juga: Sekjen PBB Sebut Perang Ukraina Bisa Memicu Kelaparan Dunia
Selain menghancurkan dan mencuri sebagian biji-bijian Amerika, militer Rusia telah memblokir kota pelabuhan Odesa di bagian selatan negara itu, mencegah ekspor lebih dari 20 juta ton gandum Ukraina.