-
Gibran Rakabuming Kirim Dukungan ke Erick Thohir Jelang Bahas Nasib Piala Dunia U-20 2023 Bersama FIFA: Kami Doakan yang Terbaik!
48 menit lalu -
IHSG Diprediksi Menguat ke 6.856, Cek Saham Pilihan Hari Ini
33 menit lalu -
Lama Terbengkalai, Jokowi Kini Siapkan Kertajati Jadi Bandara Premium Internasional
49 menit lalu -
Pengukuran pemirsa TV di Indonesia dilipatgandakan Nielsen
53 menit lalu -
Inalum Alihkan 7,4 Miliar Saham PTBA ke Holding Tambang MIND ID
54 menit lalu -
Lionel Messi Cetak Hattrick dan Tembus 102 Gol, Timnas Argentina Bantai Curacao 5-0!
49 menit lalu -
Langkah Putin Tempatkan Nuklir di Sekutunya Ditentang, Padahal AS Lakukan Hal yang Sama
41 menit lalu -
Wall Street Ditutup Anjlok karena Bank Kesulitan Menjual Saham Teknologi
58 menit lalu -
Cuaca Malang Hari Ini, Pagi & Siang Diramalkan Gerimis
47 menit lalu -
Beli 7 Senjata Secara Legal, Pelaku Penembakan Massal Sekolah Nashville Sembunyikan Senapan di Rumah Orangtuanya
53 menit lalu -
Ricky Ungkap Kalimat Wamenkumham kepada Anita dan soal Aliran Dana, Oalah
32 menit lalu -
Mengenal Desa BRILiaN Mijen Kudus, Daerah Modern Berbasis Digital
55 menit lalu
Pesan Kemenkes untuk Orang Tua: Waspada Jika Popok Anak Selalu Kering

JAKARTA -- Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi meminta orang tua agar mewaspadai kondisi popok kering dalam jangka waktu tertentu pemakaian pada anak. Peringatan kewaspadaan itu terkait kembali munculnya kasus gangguan ginjal akut pada anak baru-baru ini.
"Kami minta orang tua pantau kondisi anaknya saat dalam proses pengobatan. Kalau demam biasanya beri cairan yang cukup pada anak, hingga memastikan kalau minumnya cukup, dia bisa buang air kecil, tetapi kalau popok kering itu sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit," kata Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Menurut Nadia, salah satu gejala spesifik pada peristiwa keracunan obat sirop adalah kesulitan buang air kecil yang menandai adanya risiko kerusakan pada organ ginjal. Jika mendapati kondisi tersebut, Nadia mengimbau orang tua agar tidak menunggu kondisi perut anak kembung hingga sakit perut.
"Kalau kelihatannya sudah seharian pipisnya anak sedikit sekali, atau kalau sehari bisa tiga kali ganti popok, tetapi ini hanya sekali, maka harus waspada," katanya.
Nadia mengatakan, gagal ginjal akut memiliki karakteristik perburukan gejala yang sangat cepat. Selain sulit buang air kecil, gejala lainnya adalah demam, batuk, dan pilek.
"Yang paling spesifik adalah frekuensi air kecil yang berkurang sangat cepat progresifnya, dari yang semula sedikit-sedikit, lama-lama tidak bisa. Tidak lama kemudian, terjadi penurunan kesadaran. Bahkan, tindakan medis cuci darah, tidak ada perbaikannya," katanya.
"Sakit gagal ginjal pada umumnya berlangsung dalam interval bulanan sampai kerusakan ginjal terjadi. Kalau gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA), hanya membutuhkan waktu 10--14 hari sejak gejala demam dan sulit buang air kecil," kata Nadia.
Terhadap masyarakat yang mengalami gejala serupa, Nadia meminta mereka untuk segera mengakses pelayanan medis di fasilitas kesehatan terdekat.
"Jangan membeli obat sirop secara mandiri di apotek dan toko obat di pasaran. Segera bawa ke fasyankes terdekat untuk memperoleh resep yang tepat dari tenaga medis," katanya.
Setelah sempat mereda sejak Desember tahun lalu, kasus gagal ginjal akut pada anak kembali dilaporkan muncul. Dua kasus baru dilaporkan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta, di mana satu anak meninggal dunia.
Berdasarkan pemaparan pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes), satu kasus konfirmasi GGAPA merupakan anak berusia 1 tahun, mengalami demam pada 25 Januari 2023, dan diberikan obat sirup penurun demam yang dibeli di apotek dengan merk Praxion. Pada 28 Januari, pasien mengalami batuk, demam, pilek, dan tidak bisa buang air kecil (Anuria) kemudian dibawa ke Puskesmas Pasar Rebo, Jakarta, untuk mendapatkan pemeriksaan.
Lantaran ditemukan gejala GGAPA maka anak tersebut direncanakan untuk dirujuk ke RSCM. Namun, menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan M Syahril, Senin (6/2/2023), pihak keluarga menolak dan pulang paksa. Pada 1 Februari, orang tua membawa pasien ke RS Polri dan mendapatkan perawatan di ruang IGD dan pasien sudah mulai buang air kecil.
Pada 1 Februari, pasien akhirnya kemudian dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif sekaligus terapi Fomepizole. Namun, selang 3 jam setelah dirawat di RSC,M pada pukul 23.00 WIB pasien dinyatakan meninggal dunia.
Untuk satu kasus lainnya masih merupakan suspek, anak berusia 7 tahun, mengalami demam pada 26 Januari, kemudian mengkonsumsi obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri. Pada 30 Januari mendapatkan pengobatan penurun demam tablet dari Puskesmas.
Pada 1 Februari, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat racikan. Pada 2 Februari dirawat di RSUD Kembangan, kemudian dirujuk, dan saat ini masih menjalani perawatan di RSCM Jakarta. Pada saat ini sedang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait pasien ini.
- Koordinasi dengan BPOM Soal Praxion, Ini Kata Kemenkes
- Suara Pedagang Obat Setelah Muncul Lagi Kasus Kematian Anak Akibat Gagal Ginjal
- IDAI Imbau Dokter tak Resepkan Obat Sirop Praxion Sampai Ada Hasil Investigasi
- Konversi BBM ke Gas, PGN Melalui Gagas Tandatangani MoU dengan PDSI
- 'Turki Banyak Membantu Aceh Saat Tsunami'