-
CSR & PDB 2023 Gelar Kemendes PDTT Ganjar Penghargaan untuk Program Perahu Kertas KNI
38 menit lalu -
Satgas UU Cipta Kerja Tekankan Pentingnya Sinergi dalam Sosialisasi Perppu
40 menit lalu -
Kemkominfo: Jangan Sembarangan Klik
42 menit lalu -
Nicolo Zaniolo Akhirnya Buka Suara
51 menit lalu -
Tiga Kasus Kraken di Indonesia Dialami PPLN dan Kontak Erat
27 menit lalu -
KPK Didesak Usut Kasus Tambang Ilegal di Kaltim
35 menit lalu -
Stok Beras Sumsel Melimpah, Masyarakat tidak Perlu Khawatir
42 menit lalu -
22 Unit Damkar Berhasil Padamkan Kebakaran Gedung PWRI
35 menit lalu -
Tampil dengan Pasmina Hitam, Jennie Blackpink Kunjungi Masjid Sheikh Zayed
34 menit lalu -
Teddy Minahasa Ajukan Eksepsi, Penasihat Hukum: Tak Masuk Akal Jenderal Berprestasi Korbankan Karirnya
32 menit lalu -
Keributan Emak-Emak Sedang Olaharaga dengan Pemuda Mabuk Viral, Begini Kronologinya
56 menit lalu -
Bea Cukai Gandeng Pemda dan KBRI Tokyo Bersinergi Genjot Ekspor di Daerah
50 menit lalu
PM Finlandia Sebut Eropa Tak Cukup Kuat Hadapi Perang Rusia Tanpa Dukungan AS

FINLANDIA - Perdana Menteri (PM) Finlandia Sanna Marin mengatakan Eropa "tidak cukup kuat" untuk menghadapi invasi Rusia ke Ukraina sendirian, dan harus bergantung pada dukungan Amerika Serikat (AS).
Dalam kunjungan ke Australia, pemimpin anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) yang tertunda itu mengatakan pertahanan Eropa harus diperkuat.
"Saya harus sangat jujur kepada Anda, Eropa tidak cukup kuat saat ini," katanya, dikutip BBC.
Baca juga: Menlu Rusia Keluhkan Eropa Tidak Tawarkan Hal Konkret dalam Mediasi dengan Ukraina
"Kita akan berada dalam masalah tanpa Amerika Serikat," lanjutnya.
"Amerika Serikat telah memberikan banyak senjata, banyak bantuan keuangan, banyak bantuan kemanusiaan ke Ukraina dan Eropa belum cukup kuat," terangnya saat berbicara di Lowy Institute di Sydney pada Jumat (2/12/2022).
Baca juga: Meski Ukraina Unggul di Medan Perang, NATO Peringatkan Barat Tak Remehkan Rusia
AS sejauh ini merupakan penyedia bantuan militer terbesar ke Ukraina. Menurut sebuah penelitian bulan lalu oleh House of Commons Inggris, sejak dimulainya perang pada Februari lalu, AS telah berkomitmen bantuan dana sebesar USD18,6 miliar (Rp286 triliun) sebagai dukungan ke Ukraina.
Kiel Institute for the World Economy menyatakan donor terbesar kedua adalah Uni Eropa (UE), diikuti oleh Inggris. Tapi kontribusi mereka 'dikerdilkan' oleh AS.