-
Guinness World Records Konfirmasi Tom King Lewati Rekor Asmir Begovic
41 menit lalu -
Tayang April 2021, iKON Dirumorkan Gabung Lineup Survival Show Mnet's 'Kingdom'
41 menit lalu -
Ucapkan Selamat, Beijing Harapkan Hubungan China-AS Pulih di Masa Pemerintahan Biden
56 menit lalu -
Liverpool Terpuruk, Jurgen Klopp Tak Bisa Bayangkan Gelar Juara
52 menit lalu -
Klaster Upacara Adat Sulit Dikendalikan
59 menit lalu -
Barcelona Susah Payah Kalahkan Cornella, Ronald Koeman Gusar
51 menit lalu -
Skema Pensiunan PNS Jadi Fully Funded, Ini Penjelasannya
50 menit lalu -
Manajer Manchester United Pede Bisa Lewati 2 Laga Krusial di Liga Inggris
48 menit lalu -
Ketegasan Yeyen Tumena, Lepaskan Status PNS demi Karier di Sepak Bola
48 menit lalu -
Pakai Skema Fully Funded, Pensiunan PNS Bakal Terima Uang Segepok?
54 menit lalu -
Huawei Siapkan Smartphone Lipat Terbaru, Kamera Utamanya 50MP
46 menit lalu -
Sistem Kelistrikan Kepulauan Talaud Dipastikan Aman Pasca-Gempa 7,1 M Guncang Sulut
36 menit lalu
Serangan di Prancis Munculkan Generasi Baru Ekstremis?

PARIS -- Tiga serangan teroris baru-baru ini di Prancis disebut menunjukkan generasi baru ekstremis yang dilakukan oleh individu-individu yang diilhami oleh agama. Mereka beroperasi secara individu dan menggunakan senjata yang umumnya sederhana, yang membutuhkan sedikit keterampilan.
Di tengah debat terpolarisasi di Prancis yang mempertentangkan kebebasan beragama dengan sekularisme, masalah negara-negara Eropa dengan ekstremisme kembali menjadi sorotan. Atas hal ini, seorang pakar memperingatkan tentang potensi serangan di masa mendatang.
"Situasinya sangat berbahaya, kita berbicara tentang generasi baru ekstremis yang diwakili oleh individu-individu terisolasi yang merasa terputus dari nilai-nilai Prancis," kata Alain Marsaud, mantan jaksa penuntut Prancis dan mantan kepala unit pusat kontra-terorisme, dilansir di Al Arabiya, Selasa (17/11).
Marsaud mengatakan, bahwa kebijakan laicite (konsep masyarakat sekuler) yang diadopsi oleh pemerintah Prancis sebelumnya telah longgar dan membingungkan. Menurutnya, pemerintah Prancis tidak memiliki keberanian untuk menerapkan hukum secara tegas tentang pemisahan antara gereja dan negara.
"Kita harus memperkuat undang-undang saat ini. Sekarang, 60 persen pemuda Muslim di Prancis menempatkan hukum syariah di atas hukum Prancis, itu adalah kegagalan ajaran sekuler kami," kata Marsaud.
Serangan baru-baru ini di Prancis tersebut terjadi setelah majalah satir Prancis Charlie Hebdo menerbitkan ulang karikatur Nabi Muhammad SAW. Hal itu kemudian memunculkan kembali perdebatan tentang batas kebebasan berbicara dan berekspresi.
"Ketiga penyerang itu adalah individu yang diilhami secara religius, yang dipicu oleh karikatur atau pernyataan yang dibuat oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron setelah pemenggalan kepala Samuel Paty," kata jurnalis veteran Georges Malbrunot, yang juga seorang ahli dalam urusan Timur Tengah, kepada Al Arabiya English.
Malbrunot mengatakan, serangan-serangan ini berbeda dari serangan teroris sebelumnya yang terjadi di tanah Prancis pada periode 2015 yang dipimpin oleh individu yang sangat terorganisir, yang menggunakan senjata canggih dan diklaim oleh ISIS. Serangan itu juga berbeda dengan serangan di Wina, Austria, pekan lalu, yang juga diklaim oleh ISIS dan dilakukan oleh seorang warga negara Austria yang pernah divonis karena mencoba bergabung dengan organisasi ISIS di Suriah melalui Turki.
Menurut Malbrunot, semua penyerang tidak dikenal oleh dinas intelijen. Tak satu pun dari mereka memiliki hubungan nyata dengan kelompok teroris, meskipun salah satu dari mereka berhubungan dengan seorang ekstremis di Suriah.
"Ini sangat memperluas area kemungkinan radikalisasi terhadap orang-orang yang secara politik termasuk dalam 'wilayah abu-abu' seperti Ikhwanul Muslimin dan gerakan Islam lainnya yang beroperasi di Prancis, mengingat konteks Prancis saat ini," kata Malbrunot.
Sementara itu, Malbrunot meramalkan bahwa Prancis dapat menyaksikan serangan yang lebih terisolasi seperti ini di masa mendatang.
"Dengan tampil mengkritik Islam dan membela karikatur yang menyinggung Nabi, Macron menentang dirinya sendiri terhadap dunia Muslim," kata Malbrunot.
- Macron Kritik Media atas Liputan Setelah Serangan Prancis
- Tantangan Muslim Prancis Kian Berat
- Standar Ganda Macron Terhadap Islam dan Kebijakan Prancis
- Tolak Seruan Mediasi, Ethiopia Bom Tigray
- In Picture: Banjir Rob Muara Angke Rendam Pelabuhan dan Rumah Warga