-
Aduh, Menghadiri Pesta tanpa Pakai Masker, Pebasket ini Kena Denda Rp 709 juta
55 menit lalu -
Ini Teknis Pelaksanaan Hukuman Kebiri Kimia
46 menit lalu -
Rekor dalam 9 Tahun Terakhir, Surplus Neraca Perdagangan RI USD2,1 Miliar
58 menit lalu -
Solskjaer: Akan Mengejutkan jika Man United Kalahkan Liverpool
49 menit lalu -
15.661 Orang Terjaring Razia Prokes
41 menit lalu -
Tim Gabungan Gunakan ROV untuk Temukan CVR Sriwijaya Air
29 menit lalu -
Top 3: Kesedihan Erick Thohir Melihat Patung Tersembunyi di Gedung Sarinah
55 menit lalu -
Tenaga Kesehatan RSJ Terkonfirmasi Positif Covid-19
39 menit lalu -
Jokowi: Industri Keuangan Jangan Hanya Layani Usaha Besar
35 menit lalu -
Gempa M 5,2 Guncang Bitung Sulut, Tidak Berpotensi Tsunami
27 menit lalu -
Beberapa Jenis Buah yang Bisa Jadi Penambah Darah untuk Atasi Anemia
25 menit lalu -
Solskjaer Berharap Bisa Hentikan Rekor Tak Terkalahkan Liverpool di Anfield
20 menit lalu
Sikapnya Masih Teguh, Ini Alasan Putin Gak Ucapkan Selamat ke Biden

Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan tidak akan menyampaikan ucapan selamat sampai pemenang Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) resmi diputuskan.
Meski begitu, ia menyatakan, Rusia bersedia bekerja sama dengan siapa saja yang secara resmi dinyatakan sebagai Presiden AS berikutnya.
Baca Juga: Catat Ga Boleh Terlewat, Joe Biden Segera Umumkan Kabinet Pertamanya
Melansir VoA Indonesia, Pernyataan Putin itu yang disiarkan di televisi pemerintah pada Minggu (22/11/2020).
Pernyataannya menegaskan kembali komentar Kremlin sebelumnya tentang mengapa Putin belum memberi selamat kepada Joe Biden setelah organisasi-organisasi berita besar menyebutnya sebagai presiden terpilih, seperti dilakukan banyak pemimpin dunia lainnya.
"Kami hanya menunggu akhir dari konfrontasi politik internal ini," ujar Putin, merujuk pada tantangan Partai Republik terhadap penghitungan suara.
"Kami akan bekerja sama dengan siapa saja yang akan diberi kepercayaan rakyat Amerika. Namun, siapa yang akan diberi kepercayaan ini? Itu harus ditunjukkan oleh kebiasaan politik ketika salah satu pihak mengakui kemenangan pihak lain atau hasil akhir pemilihan diputuskan dengan cara yang sah dan legal," katanya.
Penulis: Redaksi
Editor: Muhammad Syahrianto
Foto: AP Photo