-
Pirlo Minta Pemain Juventus Waspadai Kecepatan dan Teknik Napoli
55 menit lalu -
Jadi Incaran Real Madrid, Pochettino Harap PSG Bisa Pertahankan Mbappe
52 menit lalu -
3 Kandidat Pengganti Lampard Andai Dipecat Chelsea
55 menit lalu -
Ilmuwan Buat Kain Terhalus di Dunia
56 menit lalu -
Ilmuwan Buat Kain Terhalus di Dunia, Seperti Apa?
56 menit lalu -
Inilah 8 Komitmen Listyo Sigit Prabowo Bila Diberi Amanat menjadi Kapolri
41 menit lalu -
Dewan Pers Verifikasi Faktual JMSI Pusat
34 menit lalu -
Georgina Rodriguez Jemur dan Setrika Pakaian Sendiri, Cristiano Ronaldo Masih Goda Perempuan Lain?
37 menit lalu -
Periksa Eks Wabendum PPP, KPK Cari Aliran Uang Suap DAK Labura
32 menit lalu -
Akuisisi KCI oleh MRT Berpotensi Ganggu Transportasi Publik
55 menit lalu -
Man City vs Aston Villa, Owen Prediksi The Citizens Bisa Tergelincir
26 menit lalu -
Red Hat Akuisisi StackRox untuk Perkuat Keamanan di Open Hybrid Cloud
25 menit lalu
Suka-Duka Kota dengan Nama Aneh, dari Dildo, Hell hingga Boring

BANYAK kota di dunia punya nama yang aneh. Beberapa memanfaatkannya untuk mendapat uang, sementara yang lain berusaha mengubahnya. Langkah mana yang paling baik?
Menemukan cara untuk membuka kesempatan bisnis dan menarik investor bukan tugas mudah bagi pemerintah kota mana pun, terutama dalam pasar global yang hiper-kompetitif dewasa ini.
Namun misi tersebut menjadi lebih sulit lagi ketika kota Anda kebetulan diberi nama mineral penyebab kanker yang penggunaannya dilarang di hampir 60 negara.
Begitulah masalah Asbestos, komunitas kecil warga Prancis-Kanada di tenggara Quebec, Kanada.
"Seorang pegawai urusan perkembangan ekonomi kami datang ke Amerika Serikat (AS) tahun ini untuk menghadiri satu pertemuan, mencari kesempatan internasional," kata Caroline Payer, anggota dewan Kota Asbestos.
"Orang-orang bahkan menolak kartu bisnisnya karena ada tulisan 'Asbestos' di sana, dan mereka berpikir barangkali kartunya saja berbahaya. Ketika kesan pertama Anda seperti itu, itu buruk sekali."
Penghinaan seperti itu telah mendorong Asbestos pada langkah-langkah drastis. Pada antara 14-18 Oktober, sebanyak 6.800 penduduknya akan memilih untuk mengubah nama kota itu menjadi L'Azur-des-Cantons, Jeffrey-sur-le-Lac, Larochelle, Phnix, Trois-Lacs, atau Val-des-Sources.
Tambang Jeffrey seluas 2 kilometer itu menciptakan ribuan lapangan kerja, membentuk perkembangan dan identitas komunitas di sekitarnya. (Foto: Wikimedia Commons)
Awalnya hanya ada empat pilihan nama, tapi kemudian ditambah menjadi enam setelah warga mengeluh mereka tidak punya cukup pilihan.
Ini adalah proses mahal yang akan menelan biaya USD100.000 dolar AS (Rp1,4 miliar), namun para pemimpin kota yakin ini akan memberi banyak manfaat di masa depan.
"Kami kehilangan kesempatan bisnis yang sangat bagus hanya karena nama kami," kata Payer. "Ini sedih sekali."