-
Shin Tae Yong Sebut 2 Calon Lawan Timnas Indonesia di FIFA Matchday Maret
42 menit lalu -
Pernah Dapat Rp600 Ribu, BLT Ojol 2023 Kapan Cair Lagi?
54 menit lalu -
'Pemberantasan Korupsi di Indonesia Alami Kemunduran'
53 menit lalu -
Luis Milla: Pemain Indonesia Tak Paham Dasar Sepak Bola
49 menit lalu -
RI Jadi Tuan Rumah Keketuaan ASEAN 2023, Menko Airlangga Minta Dukungan TNI-Polri
36 menit lalu -
Tol Bekasi sampai Kampung Melayu Sepanjang 16,78 Km Tersambung
46 menit lalu -
Jayapura Diguncang 7 Kali Gempa Malam Ini, Paling Besar M4,7
28 menit lalu -
Ada Guratan dari Masa Lalu, Ini Foto Terbaru Planet Mars
19 menit lalu -
Ronald Koeman Bela Performa Cody Gakpo di Liverpool
57 menit lalu -
Jokowi Tiba di Medan, Lihat Siapa yang Menyambut
56 menit lalu -
WhatsApp Segera Rilis Tiga Fitur Utama Ini
49 menit lalu -
Bareskrim Periksa OCBC NISP Terkait Laporan soal Bos Gudang Garam
28 menit lalu
Survei SMRC: Masyarakat Lebih Ingat Nama Tokoh Politik, Bukan Partainya

GenPI.co - Lembaga Survei SMRC mengumumkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia lebih mengingat nama tokoh politik, bukan partai asalnya.
Pendiri SMRC Saiful Mujani mengatakan masyarakat pemilik hak suara lebih ingat pemimpin dan simbol partai politik, bukan ide atau platform para pejabat tersebut.
Sebagai contoh, Saiful pun memaparkan salah satu pertanyaan yang dia ajukan dalam survei itu.
Ketika responden ditanya "Apa yang ada di pikiran ketika disebut nama PDIP?", ada 19 persen pemilih yang menyebut Megawati.
Lalu, ada 14,3 persen menyebut gambar banteng, 4,6 persen menyebut Joko Widodo, dan warna merah 2,8 persen. Hal-hal lain di bawah 2 persen.
Saiful menjelaskan bahwa untuk kasus PDIP, yang melekat di hati pemilih adalah sesuatu yang memiliki makna yang kabur seperti simbol dan nama orang, bukan ide.
"Sayangnya, elite PDIP sering bicara tentang wong cilik yang memperjuangkan aspirasi rakyat kecil, tetapi hal itu kurang terekam di benak pemilih," ujarnya dalam program "Bedah Politik bersama Saiful Mujani" di kanal YouTube SMRC, Kamis (24/11).
Hal yang sama terjadi pada Partai Gerindra.
Survei itu menunjukkan bahwa yang paling banyak diingat oleh mereka yang tahu Gerindra adalah nama Prabowo Subianto 25,6 persen, gambar burung 8,3 persen, dan hal-hal lain di bawah 2 persen.
"Yang ada di pikiran pemilih bukan pesan, ide, platform, atau ideologi partai. Semua orang menjawab serupa untuk semua partai politik," kata Saiful.
Saiful menilai bahwa hal tersebut merupakan cerminan dari literasi pemilih yang rendah. Hal ini juga terkait supply informasi yang diberikan pada para pemilih oleh partai politik.
Menurut Saiful, yang ideal adalah, ketika disebut nama PDIP, maka yang terlintas misalnya adalah tentang politik pro kerakyatan.
Lalu, Golkar, misalnya tentang pembangunan. Sementara itu, Gerindra, misalnya tentang nasionalisme atau "Indonesia First".
"Terlepas dari setuju atau tidak, minimal ada ide yang melekat pada pemilih kita. Tapi dalam kasus-kasus ini, kita tidak menemukannya," tegasnya.
Dengan keadaan seperti itu, Saiful mengungkapkan menjadi hal wajar jika banyak publik yang apatis terhadap partai. Sebab, ada atau tidaknya partai politik dianggap tidak penting.
Hal itu bahkan bisa menggerus kepercayaan publik pada pemilu-pemilu mendatang.
"Karena partai yang menjadi unsur utama dalam pemilu, ternyata tidak memiliki ikatan dengan pemilih berdasarkan gagasan dan platform," tuturnya.
Sebagai informasi, survei ini dilakukan secara tatap muka pada 5-13 November 2022.
Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berusia 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Dari populasi itu dipilih secara random (stratified multistage random sampling) 1220 responden. Response rate sebesar 1012 atau 83 persen.
Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).(*)
Video viral hari ini: