-
Puluhan Pohon Tumbang, 3 Desa di Cianjur Terasing
48 menit lalu -
Pemerintah Cuma Prioritaskan Vaksin buat Timnas Indonesia, Bukan Liga 1
54 menit lalu -
Tim DVI Kembali Identifikasi 5 Jenazah Korban Sriwijaya Air SJ-182
56 menit lalu -
Stefano Pioli Mulai Terbiasa Skuat AC Milan Tidak Komplet
41 menit lalu -
Vaksinasi Perdana di Pessel, Bupati dan Kapolres Tidak Ikut Divaksin Hari Ini
33 menit lalu -
Suap Fatwa MA Djoko Tjandra, Eks Politikus Nasdem Andi Irfan Jaya Divonis 6 Tahun Penjara
26 menit lalu -
Pemerintah Bakal Gandeng Unilever Distribusikan Vaksin Covid-19
47 menit lalu -
Diperiksa KPK, Gubernur Bengkulu Dicecar soal Kewenangan Perizinan Ekspor Benur
36 menit lalu -
Kenapa Sejumlah Korban Banjir Kalsel Memilih Mengungsi di Tenda Terpal?
36 menit lalu -
Perhatian! Gempa Bakal Guncang Kantor Kemenkumham Rabu Ini
32 menit lalu -
Pelantikan Biden: Bagaimana proses peralihan kekuasaan di Gedung Putih?
50 menit lalu -
Kisah Miliarder Negeri Jiran Tan Eng Kee, Anak Sopir Taksi Berharta Rp 15,5 Triliun
38 menit lalu
Ternyata Ini Penyebab Sulit Tidur di Lingkungan Baru

HAMPIR semua orang mungkin pernah merasakan sulit tidur saat berada di lingkungan atau rumah baru. Tempat penginapan maupun kamar hotel juga bisa membuat tidur kurang pulas dan tidak nyenyak. Para ilmuwan mengatakan hal itu terjadi karena ada kewaspadaan yang konstan di dalam diri manusia.
Ilmuwan telah menemukan gelombang lambat unihemispheric (unihemispheric slow-wave sleep/USWS) pada manusia yang menandakan hanya setengah dari otak yang tidur pada satu waktu. Peneliti menyatakan ketika tidur juga menyadari adanya efek malam pertama (first-night effect/FNE) dalam diri manusia.
Baca juga: Begini Cara Tidur dalam Hitungan Detik, Penderita Insomnia Wajib Baca!
Dikutip dari Mental Floss, Senin (30/11/2020), peneliti merekrut 35 sukarelawan untuk dibawa ke laboratorium tidur. Para sukarelawan dihubungkan dengan mesin yang mengukur detak jantung, kadar oksigen darah, pernapasan, gerakan mata dan kaki, serta aktivitas di kedua sisi otak.
Para ilmuwan fokus pada aktivitas gelombang lambat (slow-wave activity/SWA), sejenis perilaku otak yang menunjukkan seberapa dalam seseorang tertidur. Mereka menemukan pada malam pertama tidur, subjek secara konsisten lebih banyak dalam keadaan terjaga di separuh kiri otak mereka. Belahan kiri juga lebih sensitif terhadap suara-suara aneh.
Baca juga: Berapa Lama Sebenarnya Waktu Istirahat Diperlukan di Jam Kerja?
Satu pekan kemudian ketika subjek kembali tidur di lab, ada lebih banyak kesimetrian dalam aktivitas otak. Hal ini menunjukkan mereka telah terbiasa dengan lingkungan yang sekarang dikenalnya.
Meski begitu, peneliti juga mengatakan FNE tidak selalu terjadi pada setiap manusia. Otak manusia sangat fleksibel. Bagi orang yang sudah biasa bepergian dan tinggal di tempat baru kemugkinan tidak lagi merasa kesulitan tidur.