-
Reaksi Menko Luhut soal Utang RI Tembus Rp7.000 Triliun: Ndak Ada Masalah
45 menit lalu -
Hari Pertama MotoGP Italia 2022 Berakhir Buruk, Joan Mir Kecewa Berat
39 menit lalu -
Liverpool Disebut Favorit Juara Liga Champions, Jurgen Klopp Tak Peduli
27 menit lalu -
Cuaca Weekend di Jakarta Diprakirakan Cerah Berawan
51 menit lalu -
Humor Gus Dur: Jawaban Ketika Ditanya Posisi Politik NU
44 menit lalu -
Laporan Keuangan DQ Tahun 2021 Raih Opini WTP
38 menit lalu -
Pelayanan SIM Keliling Kendari Hari ini, Berikut Lokasi dan Waktunya
51 menit lalu -
Buluk Diduga Terlibat Penipuan, Superglad Buka Suara
47 menit lalu -
5 Fakta Menarik Kartu Prakerja Gelombang 30 hingga Cara Peroleh Bantuan Rp3, 5 Juta
32 menit lalu -
BLT Subsidi Gaji Cair, Sudah Terima Notifikasi Belum?
29 menit lalu -
Laksmi Shari Suardana Wakil Bali Rebut Gelar Putri Indonesia 2022
22 menit lalu -
Gubernur Sultra Ali Mazi Lantik Bahri dan La Ode Budiman Sebagai Pj Bupati Mubar dan Busel
54 menit lalu
Tertekan Dolar AS, Emas Anjlok Jadi USD1.786/Ounce

JAKARTA - Harga emas berjangka memperpanjang penurunannya pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah Federal Reserve minggu ini mengindikasikan bahwa mungkin akan menaikkan suku bunga segera pada Maret mendorong dolar ke level tertinggi multi-bulan, membuat emas kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange, jatuh 8,4 dolar AS atau 0,47 persen menjadi ditutup pada 1.786,60 dolar AS per ounce. Emas turun 2,5 persen untuk minggu ini berdasarkan kontrak paling aktif, persentase penurunan mingguan terburuk sejak pekan yang berakhir 26 November.
Sehari sebelumnya, Kamis (27/1/2022), emas berjangka terjungkal 36,6 dolar AS atau 2,0 persen menjadi 1.793,10 dolar AS, setelah anjlok 22,8 dolar AS atau 1,23 persen menjadi 1.829,70 dolar AS pada Rabu (26/1/2022), dan menguat 10,8 dolar AS atau 0,59 persen menjadi 1.852,50 dolar AS pada Selasa (25/1/2022).
Harga emas tergelincir di bawah rata-rata pergerakan (MA) 100-hari dan 200-hari di sesi terakhir, setelah Federal Reserve AS menegaskan kembali rencana untuk mengakhiri pembelian obligasi era pandemi dan mengisyaratkan kenaikan suku bunga pada Maret.
"Lingkungan pasar saat ini sangat merugikan emas. Investor sepenuhnya menilai kembali ekspektasi Fed," kata Edward Moya, analis pasar senior di broker OANDA.
"Masih ada beberapa momentum penjualan emas, tapi kami semakin dekat ke potensi terendah sekarang karena telah menembus 1.800 dolar AS," tambahnya.
Kenaikan suku bunga meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil. Ekspektasi kenaikan suku bunga juga membuat dolar berada di jalur untuk kenaikan mingguan terbesar dalam tujuh bulan, membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.