-
PICAF 2023 Fokus Promosikan Energi Hijau
38 menit lalu -
Revisi Cuti Bersama Lebaran 2023 Jadi 19-25 April 2023, Pencairan THR Diminta Lebih Cepat
58 menit lalu -
Begini Penjelasan Mahfud MD soal Dana Janggal Rp349 Triliun di Kemenkeu
47 menit lalu -
Sir Alex Ferguson dan Arsene Wenger Resmi Menjadi 2 Pelatih Pertama yang Masuk Premier League Hall Of Fame
31 menit lalu -
Mahfud MD ke DPR: Jangan Gertak, Saya Juga Bisa Gertak Saudara Dihukum Halangi Penyidikan
44 menit lalu -
Sindir Nama Frederic Yunandi ke DPR, Mahfud: Jangan Main Ancam!
44 menit lalu -
Update Ranking FIFA Negara-Negara Asia Tenggara: Timnas Indonesia, Malaysia, dan Vietnam Naik Peringkat, Thailand Merana
46 menit lalu -
Dukung Persebaya, Wali Kota Eri Berangkatkan Ratusan Bonek Menuju Semarang
22 menit lalu -
IDAI: Gunakan Obat Sirop yang Dinyatakan Aman
58 menit lalu -
Rakyat Maluku Utara Juga Pengin Hak Otonomi Khusus
37 menit lalu -
Erick Thohir Keluarkan Aturan Baru, Gaji hingga Tunjangan Direksi-Komisaris BUMN Dibahas RUPS
31 menit lalu -
Diintrupsi saat Jelaskan Transaksi Rp349 T, Mahfud MD ke DPR: Saya Setiap ke Sini Dikeroyok
55 menit lalu
Tumbang di tengah badai

Sebuah pengumuman terpasang di situs JD.ID sejak 30 Januari 2023. Isinya lumayan mengejutkan yakni pengumuman akan menyetop menerima pesanan mulai 15 Februari 2023 dan perusahaan akan menutup total usahanya pada 31 Maret mendatang.
"Dengan sangat menyesal kami mengumumkan JD.ID akan berhenti menerima pesanan mulai 15 Februari 2023 dan seluruh servis akan dihentikan efektif mulai 31 Maret 2023," tulis pengumuman itu.
JD.ID menginformasikan akan memberi waktu bagi seluruh mitra pengguna dan penjual untuk menyelesaikan transaksinya hingga akhir Maret 2023.
Dalam pengumuman tersebut dikatakan tanggal 15 Februari 2023, batas akhir pemesanan di aplikasi JD.ID. Pada tanggal 28 Februari 2023, pesanan terakhir diproses. Pada 22 Maret 2023, layanan purna jual untuk pengguna ditutup. Pada 22 Maret 2023, layanan purna jual terakhir diproses. Pada tanggal 31 Maret 2023, aplikasi JD.ID akan dihapus dari Playstore dan AppStore. Pengguna tidak lagi dapat masuk ke aplikasi, dan semua layanan dihentikan.
JD.ID menyarankan para pengguna yang masih memiliki aset berupa kupon atau saldo balance segera memanfaatkan sebelum 15 Februari 2023.
JD.ID adalah anak usaha dari JD.COM. Perusahaan ini memiliki mitra investor lokal Provident Capital dan beroperasi di Indonesia pada November 2015.
JD.ID memiliki 12 kategori produk mulai dari produk ibu dan anak, perangkat elektronik, hingga produk luxury. Perusahaan ini juga menyediakan jasa pengiriman yang disebut menjangkau 365 kota di seluruh Indonesia.
Sebelum pengumuman tutup kali ini, JD.ID menutup cabang logistiknya, JDL Express Indonesia, per 22 Januari 2023.
Rencana penutupan JDL Express Indonesia ini muncul setelah sebuah laporan mengatakan JD.com berencana untuk keluar dari Indonesia dan Thailand pada awal 2023.
Sementara itu, toko offline JD.id di Jakarta disebut baru-baru ini mulai mengosongkan stoknya dan sedang mengadakan clearance sale. Pada Desember 2022 lalu, JD.ID juga mengambil langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 30 persen atau 200 karyawan.
Masih Kewalahan
JD.ID sepertinya tak akan sendiri tumbang di tengah badai melanda ekosistem ekonomi digital tahun ini.
CoHive, startup penyedia ruang kerja berbagi (co-working space), belum lama ini diputus pailit oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Keputusan pailit tersebut berdasarkan Putusan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Register No: 231/Pdt.Sus-PKPU/2022/PN.Jkt.Pst, tertanggal 18 Januari 2023
"Menyatakan termohon PKPU [PT EVI ASIA TENGGARA] dalam keadaan Pailit dengan segala akibat hukumnya terhitung sejak putusan ini diucapkan," tulis pengumuman pailit.
CoHive didirikan pada 2015 sebagai proyek internal perusahaan modal ventura East Ventures yang diberi nama EV Hive sebagai lokasi kerja bersama dan komunitas untuk perusahaan rintisan, baik portofolio mereka maupun bukan. EV Hive punya dua lokasi ruang kerja, yaitu di Jakarta Selatan dan BSD.
Pada 2017, proyek tersebut diambil alih oleh Jason Lee, Carlson Lau, dan Ethan Choi yang mengganti namanya menjadi Cocowork yang kemudian diganti lagi menjadi CoHive.
Setelah beralih kepemilikan dan meraih pendanaan seri B antara lain dari Insignia Ventures, CoHive berubah fokus dan berekspansi secara agresif di banyak lokasi dan kota. CoHive bahkan menguasai satu gedung di Mega Kuningan yang diberi nama CoHive 101.
Selanjutnya ada OLX Group yang dikabarkan telah memangkas karyawan.
Langkah ini dilakukan setelah bisnis penjualan mobil bekasnya mengalami perlambatan pertumbuhan, akibat menurunnya aktivitas jual-beli mobil imbas lonjakan inflasi pasar global.
Kemerosotan ini lantas memicu penurunan laba kuartalan selama 2022, khawatir ancaman tersebut semakin membuat perusahaan terancam jatuh ke jurang kebangkrutan OLX akhirnya mengambil sejumlah langkah efisiensi, termasuk memangkas ratusan karyawan serta menjual bisnis otomotifnya yang dinamai OLX Autos.
Tak hanya itu, perusahaan pun turut serta mengubah kebijakan penjualan menjadi sistem B2B yakni model konsumen ke bisnis (consumer to business) dan bisnis ke bisnis (business to business), setelah sebelumnya OLX mengadopsi sistem penjualan B2C atau bisnis ke konsumen (business to consumer).
OLX juga mengumumkan berakhirnya kerjasama dengan para kontributor yang selama ini sangat berharga bagi bisnis OLX Autos, hal ini dilakukan guna keberlanjutan bisnis di masa depan.
Peristiwa terus bertumbangannya para startup ditengah prediksi nilai ekonomi digital yang tinggi tentu menimbulkan anomali.
Banyak kalangan memprediksi potensi ekonomi digital Indonesia sangat besar dan akan terus meningkat hingga mencapai nilai US$130 miliar pada tahun 2025.
Tetapi, jika pemain-pemain utama terus bertumbangan, dan menyisakan segelintir pelaku yang dikuasai sejumlah kecil investor, tentu akan bertentangan dengan semangat inklusif dari ekonomi digital. Sudahkah ini diantisipasi pemerintah?
@IndoTelko