-
Sandiaga Uno Siapkan 5 Destinasi Wisata Super Prioritas Untuk Timnas Argentina, Ini Daftarnya
53 menit lalu -
Ini Penyebab PSSI Hanya Sediakan 60 Ribu Tiket di Laga Timnas Indonesia vs Argentina
44 menit lalu -
Exco PSSI Tegaskan Laga Timnas Indonesia vs Argentina Bukan Hiburan Semata: Ini Laga Penuh Gengsi!
48 menit lalu -
Bambang Kritik Pernyataan Kapolda Bali soal Kasus Bule Bugil
45 menit lalu -
Pandemi Mereda, Jadi Peluang Baik Industri FMCG?
49 menit lalu -
Akhirnya Blak-blakan, Natasha Rizki: Desta Orang yang Sangat...
52 menit lalu -
Dukung Reformasi Ketenagakerjaan Negara Timur Tengah, Kemnaker: Tingkatkan Perlindungan PMI
52 menit lalu -
Menjelang Penghapusan Tenaga Honorer, Begini Informasi Terkini Pengangkatan PPPK
33 menit lalu -
Komentar Sandiaga Uno Soal Wacana Pelarangan Memviralkan Turis Asing di Bali
23 menit lalu -
Presiden Jokowi Umumkan Logo Resmi IKN, Bertema Pohon Hayat
36 menit lalu -
Terungkap, Pelaku Mutilasi di Sukoharjo Ternyata Yono Rekan Kerja Korban
30 menit lalu -
Mark Klok Antusias Menghadapi Timnas Argentina Dalam FIFA Match Day
18 menit lalu
Usai Diguncang Gempa Dahsyat, Kehadiran Ramadhan Bagi Korban Gempa Turki dan Suriah Miliki Makna yang Berbeda
TURKI - Setelah kehilangan dan kehancuran akibat gempa dahsyat yang terjadi 6 Februari lalu di Turki dan Suriah, Ramadhan pada tahun ini akan terasa berat bagi semua orang di wilayah tersebut.
Pada malam hari di Gaziantep, Turki, beberapa orang masih merasakan dunia bergetar, mereka khawatir gempa akan terjadi lagi.
Selama Ramadhan yang lalu, bangun untuk sahur, makan sahur, dulunya merupakan hal yang indah. Namun, hari ini, ketika bangun sahur, beberapa orang merasa ketakutan itu tidak akan hilang begitu saja.
Salah satu cerita ini dikisahkan petugas bantuan kemanusiaan internasional yang berada di Turki sekaligus warga Suriah, Weam Ghazal.
Ramadhan adalah waktu yang istimewa bagi umat Islam. "Saya ingat sebelumnya ketika hari-hari dipenuhi dengan kenangan keluarga, kebersamaan, makanan dan tradisi. Saya tidak tahu apakah akan tiba saatnya kenangan ini akan kembali menjadi bagian dari hidup saya, dan bukan sekadar perasaan dari masa lalu," terangnya, dikutip The National.
"Saya dulu suka berbagi sahur dan saya berpikir tentang cara kami duduk-duduk, mengantuk, makan keju putih, minyak, dan thyme. Saya menyukai cara kami berkumpul untuk berbuka puasa, saat matahari terbenam, sedikit rewel karena lapar, membuat lelucon dan tertawa. Ibu saya menyiapkan jenis makanan dan hidangan yang kami sukai, tetapi dia selalu mengatakan dia tidak bisa menyelesaikan semuanya sebelum adzan. Ayah saya akan membawakan maarouk Ramadhan yang terkenal, roti manis, yang kami makan dengan teh setelah selesai berpuasa, dan kemudian kami semua berkumpul untuk menonton televisi bersama keluarga," lanjutnya.