-
Airlangga Hartarto Berharap Joe Biden Ikut Mempromosikan Tatanan Ekonomi Global yang Harmonis
48 menit lalu -
LK2PK Nilai Perpanjangan PPKM adalah Langkah Tepat
50 menit lalu -
Wabup BBS Bersama Tim ACT Jambi Ajak Masyarakat Peduli Korban Gempa Majene
50 menit lalu -
Banyak yang Setuju Liga 1 2020 Dibubarkan, Arema FC Justru Kecewa
46 menit lalu -
Kemendikbud Bantu Korban Banjir Kalimantan Selatan
46 menit lalu -
Solskjaer Frustasi Lihat Edinson Cavani Terkadang Bermain Melebar
45 menit lalu -
Tottenham Ingin Pinjam Lord Lingard dari MU
36 menit lalu -
MK Punya Waktu 45 Hari Selesaikan Sengketa Pilkada
52 menit lalu -
Sekjen Gerindra Minta Legislator Bantu Korban Gempa Sulbar
37 menit lalu -
Shopee Ajak Masyarakat Indonesia jadi Smart Spender lewat Shopee Mantul Sale
36 menit lalu -
Josef Bican Diklaim Cetak 821 Gol, Cristiano Ronaldo Belum Jadi Pesepakbola Tertajam
30 menit lalu -
MAKI Minta KPK Terbitkan Red Notice Bagi Harun Masiku
12 menit lalu
Wah, karyawan enggan kembali bekerja ke kantor

JAKARTA (IndoTelko) - Penelitian global terbaru yang dilakukan oleh Kaspersky terhadap 8.000 pekerja UKM di berbagai industri telah mengungkapkan bahwa hampir tiga perempat karyawan (74%) enggan kembali ke cara kerja sebelum pandemi COVID-19.
Alih-alih kembali ke bisnis seperti biasa, para pekerja di seluruh dunia kini dapat membentuk masa depan bisnis sesuai keinginan mereka, baik itu menghabiskan lebih banyak waktu dengan orang yang dicintai (47%), menghemat uang (41%), atau bekerja dari jarak jauh (32%).
Saat dihadapkan dengan beban kerja jarak jauh yang sangat besar, para pemimpin bisnis kini harus cepat beradaptasi demi menjaga bisnis tetap aman dan tangguh, sementara para karyawan menggunakan momen perubahan ini sebagai kesempatan untuk menilai kembali prioritas sebelumnya, dan merencanakan masa depan tentang apa yang benar-benar penting bagi mereka.
Dalam upaya melepaskan diri dari belenggu rutinitas pekerjaan yang sebelumnya kaku, para karyawan memikirkan kembali hal-hal normal berikutnya untuk bekerja, kini mereka menjunjung budaya kerja yang lebih gesit, akomodatif, dan manusiawi.
Ke depan, hampir dua dari lima karyawan (39%) ingin meninggalkan sistem bekerja 9 to 5, dan angka ini bahkan lebih besar untuk mereka yang berusia 25-34 (44%), mengindikasikan bahwa tren ini sedang berkembang, dan sekitar sepertiga (32%) ingin mengakhiri sistem bekerja lima hari dalam seminggu.
Penelitian ini juga menyoroti bahwa hampir sepertiga (32%) karyawan melihat bahwa sistem bekerja jarak jauh menjadi manfaat terbesar ketiga yang muncul sebagai dampak dari pandemi virus korona, setelah menghabiskan waktu bersama keluarga (47%) dan menghemat uang (41%).
Faktanya, sebagian besar manfaat yang diperoleh berupa penghargaan kepada diri sendiri, karena akhirnya memahami bahwa mendapatkan keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan adalah penting.
Namun, karena karyawan semakin menjunjung cara kerja modern dan fleksibel, penting bagi bisnis untuk mendukung dengan cara meningkatkan dan menyesuaikan fasilitas yang dibutuhkan. Mengingat lebih dari sepertiga (38%) tenaga kerja secara aktif membutuhkan lebih banyak dukungan teknologi dari organisasi mereka saat melakukan bekerja jarak jauh, akhirnya permintaan untuk kesediaan alat dan teknologi demi membuat pengguna tetap produktif, terhubung, dan aman semakin besar.
"Kita akhirnya dihadapkan dengan momen yang menentukan, dan ini sangat menarik. Jelas pandemi ini telah mempercepat transformasi digital dan sekaligus memadukan kehidupan kerja dan pribadi kita. Apa yang sekarang kami lihat adalah bahwa karyawan memanfaatkan teknologi untuk memiliki masa depan baru, dan secara aktif merangkul perubahan dalam mengejar kebebasan dan fleksibilitas yang lebih besar. Perusahaan sekarang memiliki mandat untuk melakukan penyesuaian dan merombak tempat kerja modern menjadi sesuatu yang lebih produktif, berkelanjutan, dan mudah dibentuk," kata Chief Business Officer di Kaspersky Alexander Moiseev.(wn)