-
Persebaya Surabaya Menggila di Putaran Kedua Liga 1 2022-2023, Aji Santoso Senang Bukan Main
50 menit lalu -
Lothar Matthaeus: Julian Nagelsmann Terlalu Kompromistis
59 menit lalu -
Berlaku Hari Ini, B35 Dipastikan Tak Ganggu Pasokan Minyak Goreng
51 menit lalu -
3 Jembatan di Bangka Belitung Selesai Dibangun, Pemerintah Harapkan Perekonomian Meningkat
43 menit lalu -
632 Anak di Jogja Meminta Dispensasi Menikah, Sleman Paling Banyak
59 menit lalu -
Manajemen Arema FC Ungkap Iwan Budianto Jual Berbagai Aset demi Pertahankan Eksistensi Klub
55 menit lalu -
Sejalan dengan Putusan MK, MUI: Nikah Beda Agama Melawan Hukum
56 menit lalu -
Penerbangan Carter ke China Bertambah
13 menit lalu -
Usia 35, Spasojevic Belum Berpikir Pensiun
31 menit lalu -
Cerita Ita Rahmah Kerasukan di Lokasi Syuting, Iih Seram
51 menit lalu -
Ibu Tega Lempar Anaknya dari Dalam Mobil hingga Terluka
50 menit lalu -
Plafon SDN 2 Padangsambian Jebol, Murid Belajar Daring
43 menit lalu
Yunarto Wijaya: Politik Identitas Berpotensi Muncul pada Pilpres 2024

GenPI.co - Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menyebut politik identitas berpotensi muncul pada Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.
Yunarto mengatakan politik identitas selalu ada di suatu negara yang dihiasi dengan permasalahan tersebut, bahkan di Amerika Serikat.
Dia menyatakan politik di Eropa juga masih dihiasi oleh isu yang populer, seperti suku, ras, agama, dan antargolongan (SARA).
Oleh karena itu, Yunarto beranggapan politik identitas masih akan tetap terjadi di Indonesia.
"Jadi, menurut saya fakta keterbelahan tetap ada," ucap dia di The Ritz-Carlton Hotel, Jakarta Pusat, Rabu (30/11).
Yunarto juga mengungkapkan sebenarnya isu tersebut sudah bisa diterka dari jauh-jauh hari.
"Misalnya, basis pendukung Eks Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan merupakan sisa bagian dari kubu yang berseberangan dengan Presiden Republik Indonesia Jokowi, sedangkan barisan pendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar merupakan kubu yang berseberangan pada saat itu dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Itu bentuk keterbelahan," ujarnya.
Oleh karena itu, Yunarto menyatakan politik identitas tak dapat dimatikan dan dihilangkan. Akan tetapi, kata dia, sudah menjadi tugas negara untuk meminimalisir hal itu.
Dia berpendapat situasi saat ini ada kesan setengah hati dan membiarkan politik identitas sebagai suatu kondisi faktual saja, tetapi tidak secara sosiologis.
Yunarto menganggap sebaiknya aturan harus dibuat untuk diimplementasikan, termasuk soal politik identitas.
Dia mengatakan salah satu upayanya, yakni melibatkan aparat penegak hukum.
"Sebab ketika berbicara tentang ujaran kebencian atau hoaks, apalagi terkait tentang SARA itu sebenarnya bukan lagi sekadar pelanggaran pemilu, tetapi tindak pidana yang berpotensi memecah belah bangsa," pungkasnya. (*)
Video viral hari ini: